Namanya
Arjuna, dia Saudaraku ke-11, sejak dulu sekali ia selalu menjadi yang
terpopuler diantara saudaraku yang lainnya, bukan karna mereka kalah
tampan tetapi Juna memang memiliki daya tarik yang luar biasa. Kami
menyebutnya Anugerah.
Sejak oktober lalu aku dan seluruh
keluargaku pindah ke kota ini. Ayah bekerja sebagai guru besar di
Universitas ternama kota ini, dan ibu, ia melanjutkan profesinya sebagai
desainer. Namaku Daisy, aku adalah anak terbungsu keluarga ini, aku
mewarisi rambut hitam ayah dan mata cokelat ibuku. Menjadi anak bungsu
adalah hal paling menyenangkan, mengingat aku dikelilingi oleh kesebelas
saudaraku yang berwajah rupawan.
Kami sering sekali berpindah
rumah, bukan tanpa alasan, ayah hanya ingin keluarga ini aman dan hidup
dengan tentram. Saat ini untuk pertama kalinya aku dan kesebelas
saudaraku bersekolah di tempat yang sama, aku sangat menyukai hal itu
karena aku bisa terus bersama Juna.
Semua berjalan lancar
sebelum akhirnya seperti yang sudah terjadi sebelumnya, Juna menjadi
populer, begitu juga dengan saudaraku yang lainnya. Aku membenci hal
itu, bukan karna aku iri, aku benci mengakuinya tapi melihat para gadis
itu mendekati kesebelas saudaraku adalah hal yang sangat membuatku
kesal, terutama ketika mereka mencuri kesempatan untuk mendekati Juna.
“Aku ingin sekali membunuh mereka semua” pikirku.
Aku bisa
menahan hasratku dengan mereka yang mendekati saudaraku yang lainnya
tapi jika itu Juna, tentu aku tidak bisa. Aku percaya kepada yang
lainnya, aku percaya mereka hanya akan bersenang-senang namun Juna
berbeda, ia berbeda dengan kami bahkan dengan keluarga besar kami. Juna
memiliki rasa empati yang tinggi, ia bersosialisasi dengan baik, dan itu
lah masalah besarnya.
Setiap harinya Juna semakin berbeda
dengan kami, aku ingin sekali menghentikannya namun aku tak bisa.
Kekuatan intimidasi Juna sangatlah kuat, tak ada satu pun dari kami yang
bisa menghentikan kehendaknya kecuali kakak tertuaku.
Beberapa hari yang lalu para saudaraku membawa pulang beberapa orang
teman, Ayah dan ibu terlihat sangat gembira. Kami semua berkumpul dan
menikmati malam itu namun tidak dengan Juna, ia menyelinap pergi dari
rumah, aku yang melihatnya langsung bergegas membuntutinya. Juna
menghiang dengan cepat tapi kecepatan adalah Anugerah milikku.
Beberapa detik kemudian aku menemukannya, ia berjalan memasuki sebuah
caffe kecil di pinggiran kota, aku melihatnya bertemu dengan beberapa
orang, mereka saling menyapa satu sama lain, berbincang mengenai
kegiatan kampus, hingga sebuah sedan merah melintas di depanku. Seorang
gadis keluar dari mobil tersebut, ia berjalan menuju cafe dan
menghampiri Juna, aku mempertajam penglihatanku namun Juna menyadari
kehadiranku. Ia melirik ke arah gadis itu dan menyuruhnya untuk segera
pulang. Gadis itu menolak dengan penuh kebingungan, Juna menarik
tangannya dan membawanya kembali menuju mobil, mereka pun berlalu dengan
sangat cepat.
Aku tak ingin mengikutinya lagi namun kesepuluh
saudaraku yang telah selesai berpesta sudah berdiri di sekelilingku.
Kevin menatapku tajam “Kenapa kau membiarkannya pergi?”, Alfa menghirup
nafas dalam “Sudahlah, dia bukan tidak bisa, dia hanya tidak akan mau
menghentikannya, mari kita susul adik kita itu”. Mendengar perintah
Alfa, kesembilan saudaraku berangsur pergi untuk mengejar Juna.
Tepat dipersimpangan kaki pegunungan kota ini mereka berhasil menemukan
Juna, aku melihat Juna keluar dari dalam sedan itu, mereka beradu mulut
satu sama lain, Juna terus berusaha meminta mereka untuk membiarkan
gadis itu pergi namun Alfa tidak menyetujuinya. Secepat kilat gadis itu
telah berada dalam pelukan Alfa. “Lepaskan dia, aku akan kembali” ucap
Juna. Alfa adalah saudara tertuaku, ia memiliki daya hipnotis sebagai
anugerahnya, ia satu-satunya diantara kami yang mampu mementahkan daya
intimidasi Juna. Alfa terkekeh, ia mulai melingkarkan tangannya pada
leher gadis itu, “Aku sudah cukup membiarkanmu selama ini, ini adalah
akhirnya”. Alfa dengan cepat mematahkan batang leher gadis itu dengan
sekali putar.
Gadis itu terkapar tak bernyawa, mereka kini
mulai mendekat ke arah Juna, Juna sudah tersudut dan tak mampu melarikan
diri, “Apa salahku kak?” ucapnya. Alfa mulai menunjukan kuku-kukunya
yang runcing, ia menyeringai, “Menjadi manusiawi”. Seluruh saudaraku
bersiap untuk menyerang Juna.
“Hentikan!!!”
Aku
menghampiri meraka, Alfa menoleh ke arahku, ia menyuruh yang lainnya
untuk diam, “Jauhi dia atau kau akan mati”. “Tapi dia membuat kita semua
dalam bahaya” ujar Kevin mendekat. Hasratku tidak terbendung, melihat
mereka mencoba menyakiti Juna, membuat keistimewaanku keluar, aku
menatap Kevin dan perlahan tubuh Kevin melayang, ia mulai merasakan
panas menjalari tubuhnya, dan tubuhnya mulai terbakar.
“Ahhhhh hentikanlah Daisy, ini menyakitkan kau bisa membunuhku”.
Kesembilan saudaraku termasuk Alfa berusaha membujukku untuk
menghentikannya namun satu persatu diantara mereka mulai melayang
seperti Kevin. Sebelum yang lainnya mulai terbakar, Teddy menjentikkan
jarinya, ia menghentikan ruang dan waktu. Aku bisa melihatnya berjalan
mendekatiku, “Sudahlah hentikan, kita akhiri saja sampai disini,
berhentiah bermain-main dan menyakiti satu sama lain”. Juna pun
menghampiriku, “Benar, ayo kita pulang”.
Api di tubuh Kevin
mulai meredup, mereka yang melayang mulai turun perlahan, mereka
terlihat kesal. Kevin mendekatiku dan memukul kepalaku “Dasar kau gadis
nakal”. Kami semua pun pulang dan bergegas menyiapkan perpindahan kami
selanjutnya karna terlalu banyak saksi yang melihat Juna pergi bersama
gadis itu.
End
Mereka sepertinya bukan manusia, atau bisa juga manusia 12 kakak beradik yang mempunyai keahlian khusus, tiap2 org keahlian nya berbeda-beda.
BalasHapus