Senin, 14 November 2016

The Family

Namanya Arjuna, dia Saudaraku ke-11, sejak dulu sekali ia selalu menjadi yang terpopuler diantara saudaraku yang lainnya, bukan karna mereka kalah tampan tetapi Juna memang memiliki daya tarik yang luar biasa. Kami menyebutnya Anugerah.

Sejak oktober lalu aku dan seluruh keluargaku pindah ke kota ini. Ayah bekerja sebagai guru besar di Universitas ternama kota ini, dan ibu, ia melanjutkan profesinya sebagai desainer. Namaku Daisy, aku adalah anak terbungsu keluarga ini, aku mewarisi rambut hitam ayah dan mata cokelat ibuku. Menjadi anak bungsu adalah hal paling menyenangkan, mengingat aku dikelilingi oleh kesebelas saudaraku yang berwajah rupawan.

Kami sering sekali berpindah rumah, bukan tanpa alasan, ayah hanya ingin keluarga ini aman dan hidup dengan tentram. Saat ini untuk pertama kalinya aku dan kesebelas saudaraku bersekolah di tempat yang sama, aku sangat menyukai hal itu karena aku bisa terus bersama Juna.

Semua berjalan lancar sebelum akhirnya seperti yang sudah terjadi sebelumnya, Juna menjadi populer, begitu juga dengan saudaraku yang lainnya. Aku membenci hal itu, bukan karna aku iri, aku benci mengakuinya tapi melihat para gadis itu mendekati kesebelas saudaraku adalah hal yang sangat membuatku kesal, terutama ketika mereka mencuri kesempatan untuk mendekati Juna. “Aku ingin sekali membunuh mereka semua” pikirku.

Aku bisa menahan hasratku dengan mereka yang mendekati saudaraku yang lainnya tapi jika itu Juna, tentu aku tidak bisa. Aku percaya kepada yang lainnya, aku percaya mereka hanya akan bersenang-senang namun Juna berbeda, ia berbeda dengan kami bahkan dengan keluarga besar kami. Juna memiliki rasa empati yang tinggi, ia bersosialisasi dengan baik, dan itu lah masalah besarnya.

Setiap harinya Juna semakin berbeda dengan kami, aku ingin sekali menghentikannya namun aku tak bisa. Kekuatan intimidasi Juna sangatlah kuat, tak ada satu pun dari kami yang bisa menghentikan kehendaknya kecuali kakak tertuaku.

Beberapa hari yang lalu para saudaraku membawa pulang beberapa orang teman, Ayah dan ibu terlihat sangat gembira. Kami semua berkumpul dan menikmati malam itu namun tidak dengan Juna, ia menyelinap pergi dari rumah, aku yang melihatnya langsung bergegas membuntutinya. Juna menghiang dengan cepat tapi kecepatan adalah Anugerah milikku.

Beberapa detik kemudian aku menemukannya, ia berjalan memasuki sebuah caffe kecil di pinggiran kota, aku melihatnya bertemu dengan beberapa orang, mereka saling menyapa satu sama lain, berbincang mengenai kegiatan kampus, hingga sebuah sedan merah melintas di depanku. Seorang gadis keluar dari mobil tersebut, ia berjalan menuju cafe dan menghampiri Juna, aku mempertajam penglihatanku namun Juna menyadari kehadiranku. Ia melirik ke arah gadis itu dan menyuruhnya untuk segera pulang. Gadis itu menolak dengan penuh kebingungan, Juna menarik tangannya dan membawanya kembali menuju mobil, mereka pun berlalu dengan sangat cepat.

Aku tak ingin mengikutinya lagi namun kesepuluh saudaraku yang telah selesai berpesta sudah berdiri di sekelilingku. Kevin menatapku tajam “Kenapa kau membiarkannya pergi?”, Alfa menghirup nafas dalam “Sudahlah, dia bukan tidak bisa, dia hanya tidak akan mau menghentikannya, mari kita susul adik kita itu”. Mendengar perintah Alfa, kesembilan saudaraku berangsur pergi untuk mengejar Juna.

Tepat dipersimpangan kaki pegunungan kota ini mereka berhasil menemukan Juna, aku melihat Juna keluar dari dalam sedan itu, mereka beradu mulut satu sama lain, Juna terus berusaha meminta mereka untuk membiarkan gadis itu pergi namun Alfa tidak menyetujuinya. Secepat kilat gadis itu telah berada dalam pelukan Alfa. “Lepaskan dia, aku akan kembali” ucap Juna. Alfa adalah saudara tertuaku, ia memiliki daya hipnotis sebagai anugerahnya, ia satu-satunya diantara kami yang mampu mementahkan daya intimidasi Juna. Alfa terkekeh, ia mulai melingkarkan tangannya pada leher gadis itu, “Aku sudah cukup membiarkanmu selama ini, ini adalah akhirnya”. Alfa dengan cepat mematahkan batang leher gadis itu dengan sekali putar.

Gadis itu terkapar tak bernyawa, mereka kini mulai mendekat ke arah Juna, Juna sudah tersudut dan tak mampu melarikan diri, “Apa salahku kak?” ucapnya. Alfa mulai menunjukan kuku-kukunya yang runcing, ia menyeringai, “Menjadi manusiawi”. Seluruh saudaraku bersiap untuk menyerang Juna.

“Hentikan!!!”

Aku menghampiri meraka, Alfa menoleh ke arahku, ia menyuruh yang lainnya untuk diam, “Jauhi dia atau kau akan mati”. “Tapi dia membuat kita semua dalam bahaya” ujar Kevin mendekat. Hasratku tidak terbendung, melihat mereka mencoba menyakiti Juna, membuat keistimewaanku keluar, aku menatap Kevin dan perlahan tubuh Kevin melayang, ia mulai merasakan panas menjalari tubuhnya, dan tubuhnya mulai terbakar.

“Ahhhhh hentikanlah Daisy, ini menyakitkan kau bisa membunuhku”.

Kesembilan saudaraku termasuk Alfa berusaha membujukku untuk menghentikannya namun satu persatu diantara mereka mulai melayang seperti Kevin. Sebelum yang lainnya mulai terbakar, Teddy menjentikkan jarinya, ia menghentikan ruang dan waktu. Aku bisa melihatnya berjalan mendekatiku, “Sudahlah hentikan, kita akhiri saja sampai disini, berhentiah bermain-main dan menyakiti satu sama lain”. Juna pun menghampiriku, “Benar, ayo kita pulang”.

Api di tubuh Kevin mulai meredup, mereka yang melayang mulai turun perlahan, mereka terlihat kesal. Kevin mendekatiku dan memukul kepalaku “Dasar kau gadis nakal”. Kami semua pun pulang dan bergegas menyiapkan perpindahan kami selanjutnya karna terlalu banyak saksi yang melihat Juna pergi bersama gadis itu.

End

1 komentar:

  1. Mereka sepertinya bukan manusia, atau bisa juga manusia 12 kakak beradik yang mempunyai keahlian khusus, tiap2 org keahlian nya berbeda-beda.

    BalasHapus