Rabu, 18 Mei 2016

Uninvited





Sore itu, hari paling mendung di bulan febuari 2016, Julie baru saja keluar dari sebuah pondok yang berada di tepi hutan Desa Jeal, ia berjalan sempoyongan, raut wajahnya terlihat pucat pasih dan sangat kesakitan.

Julie menggapai tasnya dan merogoh untuk mengambil sesuatu, ia melihat ke langit petang kala itu, matanya berbinar, hingga tetes air mata mulai mengucur pelan dari kelopak matanya.


.

Julie berjalan menghampiri sedan merah milikinya, ia menengok kembali ke arah pondok sederhana itu sebelum akhirnya ia berangsur pergi dengan mobilnya.

"Maaf Julie, lebih baik kita akhiri hubungan kita!"

Julie terus menangis mengingat perkataan Bill saat itu, ia semakin menambah kecepatan mobilnya, sampai akhirnya pandangannya kabur dan sebuah truk besar yang melaju cepat ke arahnya tak terelakkan.

Julie masih bisa merasakan cairan hangat mengalir dari pelipisnya dan ia pun tak sadarkan diri.

November, 2020

Julie terbangun dari komanya, ia membuka kedua matanya yang sudah terlalu lama tertutup.

Hening, tak ada siapapun, ia memegang keningnya yang terasa sangat sakit, ia merasa sangat kebingungan, ia menjerit-jerit dan Dokter pun menghampirinya bersama seorang perawat.

"Tenanglah nona Julie!" Dokter berusaha menenangkan Julie.

"Apa? dimana aku? kalian mau apa? kenapa aku merasa aneh?" Julie nampak sangat gelisah, nafasnya tak beraturan, dan suster pun menyuntikan obat penenang kepadanya.

Julie merasa tubuhnya melemas, dan mata itu kembali terpejam...

.

Untuk beberapa waktu kamar Julie terasa hening, tak ada seorang pun disana kecuali Julie yang terbaring dengan balutan perban yang menutupi semua bagian tubuh kecuali mulut dan kedua matanya.

perawat silih berganti mengganti perban di tubuh Julie hingga Julie membuka kembali kedua matanya, kali ini dia tidak berkata apapun, dia hanya menatap tajam ke arah perawat yang membawa peralatan medis.

Perawat itu memandang balik mata Julie, "Akhirnya kau sadar nona" perawat itu tersenyum sembari terus melanjutkan pekerjaannya.

"Aku Mariam, jika kau butuh bantuan, kau bisa memanggilku dari tombol merah di kirimu itu."

Julie terus memandangi Mariam, "Kenapa aku tidak dapat mengingat apapun? apa yang terjadi padaku? ucap Julie

Mariam tersenyum, dia menghampiri Julie dan memegang tangannya, "Tenanglah, ini hanya sementara, nanti juga semua ingatanmu akan kembali."

Mariam pun berangsur pergi meninggalkan kamar Julie.

.

Hari ini setelah semua kepentingan Julie dibereskan oleh pihak keluarganya, Julie dibolehkan pulang, pihak rumah sakit mendapatkan ijin dari keluarga Julie yang berada di luar negeri untuk mengantar Julie menuju rumahnya.

Julie masih kebingungan, ia masih tak bisa mengingat apapun kecuali kecelakaan itu.
"Mari Julie, sudah saatnya kamu pulang". Ajak Mariam.

Mariam dan Julie pun bergegas meninggalkan Rumah sakit dimana julie dirawat, Mariam ditugaskan untuk merawat Julie di kediamannya.

.

Sesampainya di kediaman Julie, Mariam langsung mengantar Julie untuk beristirahat di sebuah kamar, Julie pun mengikuti Mariam.

.

Malam pertama Julie kembali ke kediamannya, semua terasa baik-baik saja, tetapi di malam-malam selanjutnya Julie sering berteriak histeris, ia terkadang melempar barang-barang yang berada di kamarnya dan terkadang pula Mariam menemukan Julie terjatuh dari kursi rodanya.

.

Berhari-hari hingga berminggu-minggu kejadian demi kejadian aneh dialami Julie, ia kerap kali mendengar tawa dan derap kaki seperti ada yang berlari melintasinya.

Setiap malam, ketukan di pintu kamarnya dan suara menyerupai kuku yang digoreskan dengan sangat keras pada pintu kamarnya pun mengganggu pikirannya.

Julie selalu berteriak saat semua itu terjadi, dan saat Mariam datang, semua nampak baik-baik saja, yang terlihat oleh Mariam hanya wajah depresi Julie.

Mariam memutuskan untuk kembali ke rumah sakit untuk menyampaikan keadaan Julie kepada Dokter Brian, Dokter yang selama ini merawat Julie.

.

Mariam menyiapkan perlengkapannya, dan berpamitan kepada Julie, ia berkata untuk beberapa hari, dia akan meninggalkan Julie untuk menanyakan kepada Brian tentang keadaan Julie.

Julie tak mengijinkan Mariam pergi, namun Mariam bersikeras meninggalkan rumah itu.

.

Jarum jam menunjukan pukul 04.00 Sore, Julie masih berada di Teras rumah dengan kursi rodanya, ia berharap Mariam akan kembali.

Julie terus menatap pagar rumahnya, dan tiba-tiba gadis kecil cantik berambut ikal berdiri disana, gadis itu melambaikan tangan mungilnya sembari tersenyum kepada Julie.

Julie memandang dengan seksama gadis kecil itu, tanpa ia sadari tangan kanannya terangkat dan melambai pada gadis itu.

Julie menjalankan kursi rodanya untuk mengahmpiri gadis tersebut, semakin dekat dan semakin dekat, ia terpesona dengan wajah cantik gadis kecil itu, "Hai nak, siapa namamu? dimana orang tuamu?" ucap Julie, anak itu menundukan wajahnya lalu menggelengkan kepalanya.

Julie yang saat itu merasa kesepian tanpa Mariam, mengajak gadis kecil itu untuk tinggal di rumahnya.

Gadis kecil itu tampak senang, ia langsung mendorong kursi roda Julie masuk ke dalam rumah dan sejak hari itu Julie dirawat oleh gadis kecil itu.

Julie mulai dapat tertawa dan semua kejadian aneh di rumahnya menghilang bersama dengan kedatangan gadis kecil yang diberi nama Linda oleh Julie.

Linda bersikap sangat manis kepada Julie, Julie mulai menyayangi Linda, ia merasa Linda adalah satu-satunya yang ia miliki.

Mariam belum kunjung kembali, tetapi Julie tak memusingkan itu, ia merasa tak apa tak ada Mariam, selama ada Linda kecil disini.

Julie menghampiri Linda yang tengah bermain di ruang tengah, "Lin,aku sangat menyayangimu" Julie membungkuk dan memeluk tubuh kecil Linda.

Linda menoleh, "Benarkah? tapi bukankah ibu membenciku? bahkan ibu tega membunuhku saat itu".

Julie terkejut mendengar perkataan Linda, Linda berdiri dan memegang bekas luka di kening Julie, dan perlahan serangkaian kejadian mulai tergambar jelas di ingatan Julie.

Kamis, 10 febuari 2016, Julie bergegas menuju sebuah tempat, ia terus memaki sepanjang jalan, "Hah sialan kau, mengapa kau harus ada? karna kau, Bill pergi meninggalkanku".

Julie terus mengumpat, dan hujan deras pun turun, tetapi tempat tujuan Julie sudah dihadapannya.

Tanpa pikir panjang, Julie berjalan menuju sebuah pondok di tepi hutan, ia mengetuk pintu tua itu, "Mau apa?" sebuah suara terdengar dari dalam.

"Aku ada pekerjaan untukmu", Julie pun dipersilahkan masuk.

.

Suasana di tepi hutan itu sangat hening,tetapi jeritan kesakitan Julie memecah keheningan itu.

Berjam-jam Julie di dalam sana dan ia pun akhirnya keluar, ia tampak sangat pucat.

Julie langsung memasuki mobilnya dan mengemudi menjauhi pondok itu.

.

Julie tersentak, matanya berbinar, jantungnya berdegup sangat tidak beraturan, ia mencoba menjauhi Linda, Linda tetap menatap Julie dengan mata sayunya "Mom, aku ingin bersamamu, bukankah kau bilang kau menyayangiku?"

Julie memutar cepat roda pada kursi rodanya, menghiraukan sikatarnya ia terus melaju keluar rumah dan menuju jalanan.

Tanpa ia sadari sebuah sirine truk berdentum kecang pada daun telingannya, ia menoleh, dan hantaman keras dirasakannya.

Julie terpental jauh, kursi rodanya sudah ringsek terlindas, ia dapat merasakan tulang-tulangnya patah, mata Julie masih terbuka, nafasnya sangat berat, dan kini Linda berada di hadapannya, Linda membungkuk dan memeluk tubuh Julie yang terkapar, Julie merasa hangat, dan nafasnya terhenti bersama senyuman pada wajah Linda.

End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar