Hari
ini aku bangun lebih pagi dari biasanya. Biasanya ini sebuah pertanda,
saat aku bangun sebelum alarmku menyala, sesuatu yang buruk akan
terjadi. Satu hal yang indah dari pagi ini adalah langit berwarna jingga
pekat. Seperti saat matahari terbenam. Aku bergegas ke jendela melihat
dunia dari kamar di lantai dua. Matahari baru terlihat setengah di
cakrawala. Jantungku berdebar melihatnya. Jendelaku menghadap ke barat. Matahari terbit dari arah sebaliknya.
Orang-orang keluar dari rumah melihat keajaiban. Penampakan matahari
merah. Itu bukan matahari terbit. Aku seperti melihat matahari terbenam
yang kembali menuju puncaknya. Kombinasi langit jingga, awan yang
menghitam, dan dari cakrawala aku melihat titik-titik kecil muncul
sangat banyak. Semakin lama mereka semakin membesar, bergerak seperti
hujan panah di film kolosal menutupi bayangan baskara.
Aku masih terpaku di muka jendela, begitupun orang-orang yang semakin
banyak berkumpul di jalan melihatnya. Bertanya-tanya dan menduga-duga.
Dalam hitungan menit titik-titik tadi terlihat semakin jelas bentuknya.
Seperti burung yang digambar siswa sekolah dasar di kelas. Sayap-sayap
besar mengepak semakin dekat.
Matahari merah telah
bermain muslihat. Dalam langit jingga dan awan kehitaman, titik-titik
kecil hanya terlihat hitam dan tak jelas, dan saat mereka semakin dekat
hanya bayangan hitam yang terlihat. Tapi ketakutan mulai merasuk pada
diri siapapun yang melihat. Apapun yang sedang mendekat itu bukan
makhluk yang pernah dilihat manusia. Ibu-ibu berlari membawa anaknya
kembali masuk rumah saat kepakan sayap terlihat lebih besar dari
bayangan surya. Laki-laki pemberani masih berdiri di jalan, mendongak,
penasaran akan makhluk apa sebenarnya yang datang mendekat. Suara
pekikan terdengar dari langit tempat makhluk itu datang, seolah memberi
kabar kedatangan dengan suara seperti seribu jeritan dari neraka.
Jantungku berdebar lebih cepat, mataku tidak bisa berhenti menatap.
Terpana dan ketakutan menyatu dengan sempurna.
Saat
makhluk yang pertama terbang melewati atap rumah, aku tidak bisa
menemukan nama yang tepat untuknya. Bayangan tubuhnya menutupi jalan dua
arah di depan rumah, bayangan sayapnya menutupi empat rumah di sisi
kiri dan kanan. Aku terpejam dan berpegangan kuat pada bibir jendela
saat angin kuat datang mendorongku ke belakang setelah makhluk itu
melintas. Saat aku membuka mata, matahari sudah hampir di puncaknya.
Bayangan ratusan makhluk itu masih menutupi cahayanya saat terbang di
atas rumah.
Yang selanjutnya terjadi, sebuah cairan hitam
pekat jatuh dari langit seperti air keran yang deras. Dari jendela aku
melihat ke atas. Beberapa makhluk itu mengepakkan sayap di atas, dari
mulutnya yang corong mengeluarkan cairan hitam terus menerus tanpa jeda.
Tak butuh waktu lama seluruh jalan berubah menjadi hitam, atap-atap
rumah pun tidak luput darinya. Orang-orang yang masih berada di jalan
berlumuran cairannya yang terlihat pekat dan kental. Mereka sibuk
berlari dan menyibakkan cairan tersebut dari tubuhnya. Saat itu alarmku
berbunyi, pukul delapan tempat, waktu biasa aku bersiap untuk bekerja.
Namun hari ini aku tidak bisa ke mana-mana. Bersamaan dengan alarm yang
berbunyi dalam kamar, di luar orang-orang menjerit kesakitan. Aku
berbalik melihat dari jendela dan mendapati tanah mengeluarkan uap
panas. Dari cairan hitam muncul gelembung-gelembung yang pecah seketika
seperti aspal panas. Orang-orang yang tidak sempat berlari ke dalam
menjerit kesakitan, saat tubuh mereka mengeluarkan asap. Mereka direbus
saat bernyawa.
Selama dua jam kedepan aku dipaksa
menyaksikan peristiwa horor yang ditampilkan. Orang-orang melolong dan
tidak ada yang berani menolong, mereka meleleh menyatu dengan cairan
hitam di jalanan. Seperti di neraka aku terduduk di bawah jendela,
bertekuk lutut bersembunyi di antaranya, menutup mata dan telinga saat
teriakan dan jeritan wanita dan anak-anak terdengar di rumah-rumah
sebelah, suara kayu dan bata berjatuhan, atap-atap runtuh dari
tempatnya. Saat aku membuka mata, setengah rumahku telah hilang jatuh ke
tanah. Dari dinding yang telah tiada aku melihat matahari mulai
terbenam, warnanya kuning keemasan. Tersenyum pada dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar