Sekarang aku akan menjelaskan alasan mengapa kisah itu penting.
Pada kenyataannya, tradisi mengerikan itu tak bertahan lama.
Orang-orang lama-lama meragukan tradisi tersebut hingga akhirnya
kepercayaan itupun luntur. Akhirnya hubungan antara ibu dan anak
berjalan seperti biasa seperti sekarang ini. Tradisi itupun akhirnya
dilupakan.
Namun tetap ada dua kebiasaan yang masih bertahan
hingga kini, yaitu kebiasaan memberikan “nama sesungguhnya” pada anak
perempuan dan kebiasaan mewariskan meja rias untuk putrinya.
Suatu saat, seorang wanita bernama Yachiyo yang dibesarkan dengan cara
ini, menikah dan memiliki keluarga normal. Seperti yang dilakukan ibunya
kepadanya, Yachiyo memberikan nama tersembunyi pada putrinya, Yoshiko
dan menyiapkan sebuah meja rias untuknya.
Keluarga itu hidup dengan damai, hingga Yoshiyo berumur sepuluh. Dan terjadilah peristiwa itu.
Suatu hari Yachiyo pergi mengunjungi orang tuanya, meninggalkan Yoshiko
di rumah bersama suaminya. Ia pulang larut malam dan ketika ia tiba di
rumah, ia menemukan sesuatu yang sangat mengerikan.
Yoshiko telah tewas. Kuku-kuku dan giginya telah tercabut. Darah berceceran dimana-mana.
Yachiyo mencari ke seluruh rumah dan menemukan serpihan kertas
bertuliskan nama tersembunyi Yoshiyo di lantai. Kuku dan gigi Yoshiyo
berserakan di meja rias putrinya.
Suaminya tak ada dimanapun.
Yachiyo hanya bisa menangis sambil memeluk jenazah putrinya. Tetangga
yang mendengar tangisan Yachiyo datang dan berusaha membantunya. Ada
yang berinisiatif menghubungi orang tua Yachiyo, sementara ada pula yang
berusaha mencari suaminya.
Namun tak ada yang menemani Yachiyo.
Malam itu, Yachiyo memutuskan untuk bunuh diri di samping jenazah
anaknya. Ia menyayat kedua pergelangan tangannya dengan pisau.
Ketika orang tua Yachiyo mendengar kabar kematian cucu mereka, reaksinya mereka sungguh dingin.
“Aku pikir aku tahu apa yang terjadi,” kata ibu Yachiyo, “Yoshiko pasti
mendengar tentang ritual itu dari Yachiyo dan memutuskan untuk
mencobanya sendiri. Yachiyo pasti tak menceritakannya dengan lengkap
sehingga ia hanya menangkap bagian-bagian tertentu saja. Kemudian, ia
menunggu hingga berumur 10 tahun untuk melakukannya.”
Ketika orang tua Yachiyo datang ke rumah malam itu, mereka menemukan Yachiyo juga telah tewas. Para tetangga merasa shock.
Orang tuanya segera memerintahkan, “Tak ada yang boleh masuk ke dalam
rumah sebelum kami pergi.” Setelah berkata seperti itu, merekapun masuk.
Setelah berada di dalam selama beberapa jam, mereka akhirnya keluar.
“Kami akan mengadakan upacara pemakaman. Kalian tak perlu mencari
suaminya. Kalian akan mengerti segera.” mereka lalu memaksa para
tetangga untuk pulang kembali ke rumah mereka.
Suaminya tetap
menghilang selama beberapa hari. Namun suatu hari, ia ditemukan tewas di
depan rumah mereka. Ketika ia ditemukan, segumpal rambut hitam yang
panjang ditemukan tersumpal di mulutnya.
Para tetangga Yachiyo menanyakan pada orang tua Yachiyo mengapa ini terjadi.
“Siapapun yang masuk ke dalam rumah Yachiyo akan berakhir seperti ini,”
ibunya berkata, “Rumah ini telah dikutuk. Siapapun, tolong jangan
pernah masuk ke dalam rumah ini lagi!”
Sejak itu rumah tersebut
menjadi semacam kuil untuk mengenang Yachiyo dan Yoshiko dan dibiarkan
apa adanya. Selama bertahun-tahun, masyarakat mengikuti larangan orang
tua Yachiyo untuk tidak memasukinya dan rumah itupun tak pernah
tersentuh lagi.
Hingga akhirnya, rumah itu dirubuhkan karena
mulai meresahkan. Namun di dalamnya mereka menemukan benda itu. Benda
yang sama seperti yang kami lihat.
Meja rias dan rambut.
Mengetahui bahwa benda-benda itu mengandung kutukan, warga pun
berinisiatif memindahkannya. Mereka membangun sebuah rumah baru yang
sama persis dengan rumah Yachiyo di luar kota, di tempat yang jarang
dikunjungi. Mereka meletakkan meja rias dan rambut itu di dalamnya dan
mereka sengaja membuat dinding di pintu rumah itu. Tentu agar tak ada
seorangpun yang masuk dan terkena kutukannya.
Hanya itulah penjelasan mengenai apa yang kami lihat. Dua meja rias dan rambut itu masing-masing milik Yachiyo dan Yoshiko.
Namun cerita ini tak berakhir sampai di sini.
BERSAMBUNG...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar