Musim panas lalu, adalah musim terburukku, atau lebih tepatnya, musim terburuk bagi keluarga kami.
Usaha yang selama ini ku bangun kini telah hancur lebur dan aku
terlilit hutang yang cukup banyak, hingga membuat kami akhirnya harus
angkat kaki dari rumah besar kami.
Aku tidak mengkhawatirkan diriku, karena yang sebenarnya ku khawatirkan adalah istri dan anakku satu-satunya.
Dengan raut sedih, aku melirik istriku yang menenangkan anakku
satu-satunya yang masih berusia 9 tahun yang terus bertanya, kemana aku
akan pergi.
Sembari melihat kiri-kanan yang hanya ada rimbunan pepohonan.
Aku berkendara hingga sore hari, dan akhirnya sampai di sebuah Rumah
tua, yang di jual murah oleh seseorang. Aku membelinya dengan sisa
tabunganku, dan berharap bisa membangun semuanya dari awal lagi,
meskipun sesungguhnya aku tidak tega dengan keadaan ini.
Rumah
itu tampak sudah tua, dan bisa ku lihat, rerumputan liar yang tumbuh dan
sangat jauh dari pemukiman, karena di sisi rumah kami hanya ada pohon
dan pohon.
Anakku Lui, terus bertanya “dimana ini, kenapa kita ada disini?”
Matanya polos, dan aku berusaha menenangkanya dengan mengelus lembut
kepalanya, berharap si gadis manisku akan lebih siap menerima keadaan
kami yang menyedihkan ini.
Namun ada yang aneh dengan rumah ini,
saat pertama kali melangkah masuk ke rumah ini, aku seolah mendengar
sebuah suara dingin yang berbisik “keluaaar!!”
Namun saat ku lirik istriku, dia sepertinya tidak mendengarnya, dan ku pikir, mungkin aku terlalu lelah.
**
aku terbangun di tengah malam, saat aku seperti melihat Lui anakku
berlarian di depan kamarku sembari tertawa cekikikkan, dan itu membuatku
penasaran, apa yang di lakukan Lui malam-malam seperti ini.
Namun saat aku keluar, aku tidak menemukanya, dan saat aku memeriksa kamarnya, Lui sudah terlelap dalam ranjangnya.
**
pernah suatu sore saat aku baru saja pulang dari mengumpulkan kayu
bakar, dan aku beranjak ke kamar mandi, aku merasa ada sepasang mata
yang mengawasiku, dan bernafas di tengkukku.
Selalu saja, semua
ini terulang. Seperti, saat aku masuk ke dalam rumah, maka aku akan
mendengar suara itu lagi, semakin lama semakin jelas, dan jelas..
Bahkan setiap tengah malam, akan terdengar suara mesin jahit istriku yang seolah ada yang menggunakanya.
Hari- demi hari semakin buruk,
Aku seperti mendapatkan sebuah terror yang menakutkan.
Yang terkahir adalah, aku melihat di kamar Lui, sebuah coretan di
dinding, bergambarkan kami bertiga yang seperti berpose di luar rumah,
namun dengan gambaran yang mengerikan, tidak hanya itu, entah bagaimana
imajinasi Lui menggambarkanya, karena aku seperti melihat bayangan di
jendela rumahnya. Seperti Lui memang sengaja menggambarnya.
Aku bertanya pada Lui, apa yang dia gambar dan Lui hanya mengatakan “itu adalah Dana!”
**
1 bulan telah berlalu, aku semakin gila dengan semua itu, hingga suatu
hari, ada seorang wanita tua yang bertamu di rumah kami dan mengatakan,
lebih baik kami meninggalkan rumah itu.
Aku semakin takut, dan meminta istriku agar segera pergi bersama Lui saat itu juga.
Ketika aku sedang menyetir mobil, Lui menatapku dan mengatakan “dia adalah Dana!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar