Satu Penny adalah cerita seram untuk anak-anak tentang orang kaya yang menolak untuk menyisihkan uangnya untuk amal.
Hari itu di tengah musim dingin. Angin bertiup sangat dingin dan trotoar ditutupi salju.
Seorang pria baru saja selesai bekerja dan meninggalkan kantornya. Saat ia berjalan keluar dari pintu kantornya, ia melihat seorang anak laki-laki sedang duduk di sisi jalan.
Ia mengenakan celana pendek yang warnanya pudar, kemeja compang-camping dan menggigil kedinginan.
"Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!" teriak anak itu.
"Tinggalkan aku sendiri!" teriak pria itu, sambil cepat-cepat dia masuk ke mobilnya dan pergi.
Pria itu telah mengukir karir yang sukses untuk dirinya dalam industri keuangan. Dia mempunyai uang yang sangat banyak di bank dan mempunyai rumah yang besar.
Meskipun begitu, dia tidak pernah memberikan uang sama sekali satu sen pun kepada orang miskin. Ketika orang-orang menyanyakan padanya mengapa dia tidak melakukan amal, dia hanya menjawab bahwa dia bekerja selama ini bukan untuk memberikan uangnya untuk orang malas.
Malam itu, ketika dia pulang kerja, pria itu masuk ke jalan di depan rumahnya dan terkejut melihat anak laki-laki tadi berdiri di pintu depan rumahnya.
"Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!" kata anak itu.
Tanpa pikir panjang pria itu dengan kasar mendorong anak itu ke samping, dan langsung masuk ke rumahnya. Lalu ia duduk di ruang tamu dan menyalakan televisi.
Istrinya masuk membawa nampan dan menempatkan makan malamnya di depannya. Saat ia makan, ia kebetulan melihat keluar jendela dan melihat anak laki-laki tadi berdiri di sana, mendekap dirinya dan mencoba untuk tetap hangat dalam cuaca dingin.
Pria itu menjadi jengkel, lalu bangkit dan menutup tirai.
Keesokan paginya, ketika ia berangkat bekerja, anak laki-laki itu masih disana.
"Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!" kata anak itu.
Ia kesal dan mengabaikannya dan masuk ke mobilnya. Rodanya berputar di salju, dan menghujani anak itu dengan es, sambil melaju pergi.
Sore itu, ketika ia kembali, anak itu sudah menunggunya. Pria itu sudah muak dan merogoh dalam-dalam di sakunya. Ia mengeluarkan recehan dan melemparkannya dengan marah pada anak itu.
"Ambil recehan sialan itu!" teriaknya. "Sekarang pergi dari pandanganku"
Anak itu mengambil uangnya dan pergi tanpa mengatakan apapun.
Setelah bekerja, pria itu berjalan keluar dari kantornya, berharap untuk melihat anak itu, tetapi tidak ada. Dia lalu pulang, dan berharap bertemu anak itu menunggunya di rumah, tetapi tidak ada juga.
Dia berjalan masuk ke rumahnya, mencium istrinya, memakan makan malamnya dan menonton acara di televisi. Tampaknya anak itu sudah meninggalkan dia sendirian.
Di tengah malam, pria itu berbaring di tempat tidurnya dengan istrinya ketika ia merasakan ada tangan kecil yang dingin menyentuh bahunya. Dia mendengar suara berbisik di telinganya, "Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!"
Pria itu menjerit ketakutan dan lompat dari tempat tidurnya, namun ketika ia menyalakan lampu kamarnya tidak ada orang lain dikamar.
Istrinya menenangkannya dan mengatakan kalau dia pasti telah bermimpi. Ia berbaring kembali, tetapi menghabiskan malam dengam cemas dan tidak bisa tidur.
Dia mulai mengingat-ingat suatu kejadian yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu. Ketika ia masih kecil, ia dan teman-teman gengnya menjadi yang paling ditakuti di sekolah. Semua anak-anak takut pada mereka.
Ada seorang anak kecil yang ia bully setiap hari. Orang tua anak itu sangat miskin dan tidak mampu membelikannya baju baru. Ia ingat bagaimana ia sering mengejek anak miskin itu. Kadang-kadang ia memukulinya dan mencuri uang sakunya.
Ingatan pria itu masih kabur. Mendekati pagi, dia memanjat ke loteng dan mengeluarkan buku tahunan sekolahnya. Membuka lembaran demi lembaran halaman ia menemukan foto anak yang ia bully tanpa ampun.
Buku tahunan itu jatuh dari tangannya. Itu adalah anak yang sama dengan anak yang kemarin.
Secara bertahap ingatannya mulai jelas. Ia mengingat hari saat ia dan tiga temannya menyeret anak miskin itu ke sungai. Setelah memukulinya, ia melempar anak miskin itu ke dalam air sungai yang setengah membeku dan pergi tanpa berpikir panjang.
Hari berikutnya, anak miskin itu tidak masuk kelas. Dia dan teman-temannya mengira orang tua anak itu memindahkannya ke sekolah lain.
Pria itu setiap malam tidak bisa tidur. Saat makan pagi, ia tidak makan apapun. Ia benar-benar kehilangan nafsu makannya. Denga perlahan ia membuka pintu depannya dan melihat anak itu di luar menunggunya. Pria itu hampir tidak bisa bernafas.
Seolah-olah mata anak itu menusuk tajam ke jiwanya. Ia jatuh berlutut dan memohon agar anak itu mengampuninya.
"Apa yang kau ingingkan dariku?" dia menangis. "Itu sudah bertahun-tahun yang lalu...Saat kita masih kecil...Bukan cuma aku yang terlibat...Itu bukan salahku"
Anak itu hanya berdiri dan menatapnya. Orang itu mengambil segulung uang dari sakunya dan menyodorkannya ke anak itu.
"Ini, ambilah", katanya. "Itu adalah semua uang yang aku punya di dompetku."
Anak itu mengambil uang dari tangan pria itu yang bergetar dan menghilang tanpa mengatakan apapun.
Sore itu, pria itu pulang ke rumah dan memakan makan malamnya. Napsu makannya kembali dan merasa lebih baik. Kesadarannya sudah membaik. Saat malam, dia bangun dan merasa haus dan dia pergi melewati tangga untuk mengambil minum.
Lalu ia berhenti di depan pintu dapur. Di bawah sinar bulan ia bisa melihat sosok kecil bersembunyi di kegelapan.
Ada suara berbisik, "Berikan aku satu penny."
Pria itu ketakutan dan berlari keluar rumahnya dan masuk ke mobilnya. Ia pergi ke bank terdekat dan menunggu sampai buka. Lalu, ia mengambil semua uang yang ia punya. Ia menjual rumahnya dengan semua perabotannya.
Ia menjual mobilnya, televisinya dan bahkan perhiasan istrinya. Ia memasukan semua uangnya ke dalam sebuah tas. Bahkan penny.
Hari itu, saat dia berjalan, anak itu melangkah keluar dari gang dan berdiri di depannya.
"Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!" kata anak itu.
Denga lelah pria itu meletakkan tas uangnya di kaki anak itu.
"Ini adalah semua uangku yang aku punya," kata pria itu. "Ambilah dan biarkan aku sendiri."
Anak itu mengambil tasnya dan menghilang tanpa mengatakan apapun.
Malam berikutnya, pria itu terbaring di pinggir jalan, berjuang untuk tetap hangat. Ia mengenakan sepasang celana tua dan kemeja compang-camping. Melihat disekelilingnya, ia mengambil sebuah selimut kotor, dan berusaha mati-matian untuk tertidur.
Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki lembut keluar dari kegelapan. Ia keluar dan berhenti di samping pria itu. Perlahan pria itu melihat ke atas. Ia melihat anak itu berdiri di sebelahnya.
"Apa yang kau inginkan?" teriak pria itu. "Aku sudah memberikan semuanya! Semuanya! Sudah tidak ada yang tersisa untuk aku berikan! Itu semua yang sudah aku berikan!"
Hantu anak kecil itu tersenyum dan berkata. " Tidak, tuan, belum semua!"
Ia mengulurkan tangannya, merobek dada pria itu dan mengambil jantung pria itu.
Hari itu di tengah musim dingin. Angin bertiup sangat dingin dan trotoar ditutupi salju.
Seorang pria baru saja selesai bekerja dan meninggalkan kantornya. Saat ia berjalan keluar dari pintu kantornya, ia melihat seorang anak laki-laki sedang duduk di sisi jalan.
Ia mengenakan celana pendek yang warnanya pudar, kemeja compang-camping dan menggigil kedinginan.
"Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!" teriak anak itu.
"Tinggalkan aku sendiri!" teriak pria itu, sambil cepat-cepat dia masuk ke mobilnya dan pergi.
Pria itu telah mengukir karir yang sukses untuk dirinya dalam industri keuangan. Dia mempunyai uang yang sangat banyak di bank dan mempunyai rumah yang besar.
Meskipun begitu, dia tidak pernah memberikan uang sama sekali satu sen pun kepada orang miskin. Ketika orang-orang menyanyakan padanya mengapa dia tidak melakukan amal, dia hanya menjawab bahwa dia bekerja selama ini bukan untuk memberikan uangnya untuk orang malas.
Malam itu, ketika dia pulang kerja, pria itu masuk ke jalan di depan rumahnya dan terkejut melihat anak laki-laki tadi berdiri di pintu depan rumahnya.
"Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!" kata anak itu.
Tanpa pikir panjang pria itu dengan kasar mendorong anak itu ke samping, dan langsung masuk ke rumahnya. Lalu ia duduk di ruang tamu dan menyalakan televisi.
Istrinya masuk membawa nampan dan menempatkan makan malamnya di depannya. Saat ia makan, ia kebetulan melihat keluar jendela dan melihat anak laki-laki tadi berdiri di sana, mendekap dirinya dan mencoba untuk tetap hangat dalam cuaca dingin.
Pria itu menjadi jengkel, lalu bangkit dan menutup tirai.
Keesokan paginya, ketika ia berangkat bekerja, anak laki-laki itu masih disana.
"Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!" kata anak itu.
Ia kesal dan mengabaikannya dan masuk ke mobilnya. Rodanya berputar di salju, dan menghujani anak itu dengan es, sambil melaju pergi.
Sore itu, ketika ia kembali, anak itu sudah menunggunya. Pria itu sudah muak dan merogoh dalam-dalam di sakunya. Ia mengeluarkan recehan dan melemparkannya dengan marah pada anak itu.
"Ambil recehan sialan itu!" teriaknya. "Sekarang pergi dari pandanganku"
Anak itu mengambil uangnya dan pergi tanpa mengatakan apapun.
Setelah bekerja, pria itu berjalan keluar dari kantornya, berharap untuk melihat anak itu, tetapi tidak ada. Dia lalu pulang, dan berharap bertemu anak itu menunggunya di rumah, tetapi tidak ada juga.
Dia berjalan masuk ke rumahnya, mencium istrinya, memakan makan malamnya dan menonton acara di televisi. Tampaknya anak itu sudah meninggalkan dia sendirian.
Di tengah malam, pria itu berbaring di tempat tidurnya dengan istrinya ketika ia merasakan ada tangan kecil yang dingin menyentuh bahunya. Dia mendengar suara berbisik di telinganya, "Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!"
Pria itu menjerit ketakutan dan lompat dari tempat tidurnya, namun ketika ia menyalakan lampu kamarnya tidak ada orang lain dikamar.
Istrinya menenangkannya dan mengatakan kalau dia pasti telah bermimpi. Ia berbaring kembali, tetapi menghabiskan malam dengam cemas dan tidak bisa tidur.
Dia mulai mengingat-ingat suatu kejadian yang telah terjadi beberapa tahun yang lalu. Ketika ia masih kecil, ia dan teman-teman gengnya menjadi yang paling ditakuti di sekolah. Semua anak-anak takut pada mereka.
Ada seorang anak kecil yang ia bully setiap hari. Orang tua anak itu sangat miskin dan tidak mampu membelikannya baju baru. Ia ingat bagaimana ia sering mengejek anak miskin itu. Kadang-kadang ia memukulinya dan mencuri uang sakunya.
Ingatan pria itu masih kabur. Mendekati pagi, dia memanjat ke loteng dan mengeluarkan buku tahunan sekolahnya. Membuka lembaran demi lembaran halaman ia menemukan foto anak yang ia bully tanpa ampun.
Buku tahunan itu jatuh dari tangannya. Itu adalah anak yang sama dengan anak yang kemarin.
Secara bertahap ingatannya mulai jelas. Ia mengingat hari saat ia dan tiga temannya menyeret anak miskin itu ke sungai. Setelah memukulinya, ia melempar anak miskin itu ke dalam air sungai yang setengah membeku dan pergi tanpa berpikir panjang.
Hari berikutnya, anak miskin itu tidak masuk kelas. Dia dan teman-temannya mengira orang tua anak itu memindahkannya ke sekolah lain.
Pria itu setiap malam tidak bisa tidur. Saat makan pagi, ia tidak makan apapun. Ia benar-benar kehilangan nafsu makannya. Denga perlahan ia membuka pintu depannya dan melihat anak itu di luar menunggunya. Pria itu hampir tidak bisa bernafas.
Seolah-olah mata anak itu menusuk tajam ke jiwanya. Ia jatuh berlutut dan memohon agar anak itu mengampuninya.
"Apa yang kau ingingkan dariku?" dia menangis. "Itu sudah bertahun-tahun yang lalu...Saat kita masih kecil...Bukan cuma aku yang terlibat...Itu bukan salahku"
Anak itu hanya berdiri dan menatapnya. Orang itu mengambil segulung uang dari sakunya dan menyodorkannya ke anak itu.
"Ini, ambilah", katanya. "Itu adalah semua uang yang aku punya di dompetku."
Anak itu mengambil uang dari tangan pria itu yang bergetar dan menghilang tanpa mengatakan apapun.
Sore itu, pria itu pulang ke rumah dan memakan makan malamnya. Napsu makannya kembali dan merasa lebih baik. Kesadarannya sudah membaik. Saat malam, dia bangun dan merasa haus dan dia pergi melewati tangga untuk mengambil minum.
Lalu ia berhenti di depan pintu dapur. Di bawah sinar bulan ia bisa melihat sosok kecil bersembunyi di kegelapan.
Ada suara berbisik, "Berikan aku satu penny."
Pria itu ketakutan dan berlari keluar rumahnya dan masuk ke mobilnya. Ia pergi ke bank terdekat dan menunggu sampai buka. Lalu, ia mengambil semua uang yang ia punya. Ia menjual rumahnya dengan semua perabotannya.
Ia menjual mobilnya, televisinya dan bahkan perhiasan istrinya. Ia memasukan semua uangnya ke dalam sebuah tas. Bahkan penny.
Hari itu, saat dia berjalan, anak itu melangkah keluar dari gang dan berdiri di depannya.
"Hai tuan, tolong berikan aku satu penny!" kata anak itu.
Denga lelah pria itu meletakkan tas uangnya di kaki anak itu.
"Ini adalah semua uangku yang aku punya," kata pria itu. "Ambilah dan biarkan aku sendiri."
Anak itu mengambil tasnya dan menghilang tanpa mengatakan apapun.
Malam berikutnya, pria itu terbaring di pinggir jalan, berjuang untuk tetap hangat. Ia mengenakan sepasang celana tua dan kemeja compang-camping. Melihat disekelilingnya, ia mengambil sebuah selimut kotor, dan berusaha mati-matian untuk tertidur.
Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki lembut keluar dari kegelapan. Ia keluar dan berhenti di samping pria itu. Perlahan pria itu melihat ke atas. Ia melihat anak itu berdiri di sebelahnya.
"Apa yang kau inginkan?" teriak pria itu. "Aku sudah memberikan semuanya! Semuanya! Sudah tidak ada yang tersisa untuk aku berikan! Itu semua yang sudah aku berikan!"
Hantu anak kecil itu tersenyum dan berkata. " Tidak, tuan, belum semua!"
Ia mengulurkan tangannya, merobek dada pria itu dan mengambil jantung pria itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar