Rabu, 28 September 2016

NoEnd House 2 - Maggie Final

Aku berlari menuju mobil dan segera masuk kedalamnya. Aku mengalami shock beberapa saat dan berjalan kembali focus mengendarai mobil menyusuri jalan menuju apartemen ku.

Tak satu pun dari ini adalah masuk akal. Bagaimana ruang 8 adalah apartemenku? Haruskah akuu percaya dengan pesan itu? Tetapi itu dari David. Aku tahu itu. Tidak ada alasan untuk tidak mempercayai hal itu. Butuh waktu untuk pergi ke apartemenku, dan jujur aku bahkan tidak ingat bahwa aku sedang mengemudi. Itu seperti kamu sedang tertidur dan tiba-tiba terbangun di tengah jalan.

Aku keluar dari mobilku dan langsung berlari . Tanganku meraba-raba pintu dengan kasar dan berlari masuk melewati lobi. Aku berlari secepat mungkin, melewati unit nomor 4, melewati unit nomor 5. Aku merasa pusing. Aku telah melewati unit nomor 6. Saat melewati unit 7 Aku nyaris tidak sadarkan diri. Dan ketika aku berhenti di depan unit ku, aku terdiam. Aku hanya berdiri di sana, berdiri di depan apartemen ku. Lambang emas kecil berbentuk '8' sempurna berada di depan pintu unit ku. Aku meraih gagang pintu dan perlahan-lahan masuk kedalam ruangan. Entah kenapa aku terjatuh ke lantai. Tiba-tiba pintu di belakangku terbanting dan terkunci.

Ruang 8. Aku bangkit dari lantai dan melihat sekeliling. Sangat mirip dengan apartemen ku atau bisa jadi ini adalah apatemen ku. Jika aku tidak berpikir dengan lebih waras, mungkin aku akan berfikir bahwa aku telah pulang dan selama kejadian tadi hanyalah mimpi buruk semata. Aku memikirkan David, apakah dia sedang berada di ruangan ini atau tidak. Aku berjalan di sekitar dan mempelajari semua hal disini. Semuanya persis tergeletak pada saat aku meninggalkannya. Pring kotor di wastafel, bungkus Kit-Kat bekas kemarin yang belum sempat ku buang tergeletak di samping TV, kardus pizza yang aku makan kemarin malam masih berada di atas meja makan. Aku menatap meja komputer di ruang keluarga. Monitor masih menyala, dan AIM masih muncul di monitor itu. Aku berjalan dan duduk di depan komputer,memulai percakapan dengan Peter. Aku menulis kejadin selama tadi, kata demi kata. Setelah selesai aku mengetik untuk Peter, aku mengklik tombol send. Tidak terkirim. Aku mencoba mengklik lagi. Masih tidak mau mengirim dan layar tidak memunculkan respon apa-apa. Aku klik tutup. Tidak terjadi apa-apa. Aku tekan cntrl-alt-del. Tidak terjadi apa-apa. Aku menekan tombol power monitor. Tidak ada apa-apa. Dan kemudian pop up muncul di layar. Itu adalah video chat. Aku melihat daftar orang di dalamnya, dan ada dua nama. Maggie dan Manajemen. Video call itu hidup, dan yang muncul hanyalah sebuah dinding abu-abu. Kemudian pesan dari manajemen masuk ke kotak teks.

"Harapan adalah semua hal yang kau tinggalkan :)"

"Siapa kau?" Aku menjawab.

"Nikmati pertunjukannya :)" Dan saat itulah pemandangan di video berubah. Kamera terfokus pada seorang pemuda diikat ke meja bedah. Dia benar-benar telanjang dan menangis pada dirinya sendiri. Gambar itu tidak begitu jelas. Dia tinggi, rambut cokelat pendek, dan kulit yang cukup pucat.

"Ini adalah apa yang terjadi ketika ada orang yang mencoba untuk curang:)"

Saat itulah aku menyadari siapa orang itu. Dia Peter Terry. Dan ia tidak sendirian.

Aku tidak ingin menjelaskan apa yang aku tonton pada saat itu. Jeritan, suara yang Peter terdengar seperti bukan manusia. Aku tidak bisa tidak melihatnya. Aku ingin menoleh kea rah yang lain, tidak melihat kea rah monitor, tapi aku rasa ada sesuatu yang membuat diriku tetap melihat peter. Peter berteriak kembali, tapi suaranya tidak berasal dari speaker komputer, melainkan dari dalam kamar ku. Hatiku benar-benar bergetar saat aku menoleh ke arah lorong. Aku bangkit dari kursi, dan aku masih bisa mendengar jeritan itu. Kini aku berjalan menuju sumbernya. Aku mencapai pintu kamar tidur dan jeritan yang sekarang digantikan oleh dengung. Suara itu telah menghantui ku sepanjang waktu.
Aku perlahan-lahan membuka pintu, dan aku melihat apa yang ada didalam video persis dengan kamar ku. Ada meja bedah dan Peter yang terbaring diatas nya. Tidak ada orang lain di sini. Aku tahu Manajemen berada di sini tadi dengan denganku. Aku berjalan mendekati meja, bau busuk itu mengerikan, dan aku membutuhkan waktu sesaat agar tidak muntah. Aku tahu aku sudah mendekati akhir. Aku harus mengakhiri ini. Aku melihat ke sekeliling ruangan. Di suatu tempat di sini adalah pintu masuk ke ruang berikutnya. Aku tahu itu. Tapi itu sederhana dari yang aku duga. Diseberang kamar ku terdapat sebuah pintu yang seharusnya sebuah pintu kayu sederhana, melainkan pintu kayu yang menyeramkan. Ada sesuatu yang tergantung di pintu. Sesuatu yang panjang………dan berdarah.

Itu adalah usus Peter Terry, dan itu membentuk angka 9 di pintu.

Aku merasa buruk bagi Peter, tapi aku telah melalui neraka malam itu. Aku berjalan tepat melewati meja, mengambil pisau bedah dan berjalan perlahan kea rah pintu. Pintu terakhir ada di sana, dan aku harus berjalan sampai kesana. Malam ini hendak berakhir, dan aku harus keluar dari rumah sialan ini dengan David. Pintu terbuka dengan mudah, dan aku perlahan masuk. Ruang itu kosong, sangat mirip dengan ruang tunggu sebuah rumah sakit. Ada beberapa kursi berderet di dinding dan beberapa majalah tua di keranjang di sudut. Di seberang ruangan di sisi berlawanan dari mana aku datang, terdapat pintu. Hatiku bergetar ketika aku membaca label yang ada pada pintu. Itu bukan angka. Itu satu kata.

MANAJEMEN

Aku mengepalkan pisau bedah di tangan ku.

"Baiklah, aku harus mengakhiri hal-hal sialan ini."

Mereka berada di sisi lain dari pintu. Aku bisa merasakannya. Dan juga pasti ada David. Aku memutar kenop dan membuka pintu. Aku megira apapun yang dibalik semua ini akan lebih mengerikan lagi. Tapi aku salah. Itu adalah sebuah lobi depan. Lobi depan yang sama yang memulai seluruh neraka ini. Hanya saja kali ini, ada seseorang di belakang meja. Hatiku melompat keluar dari dada ketika aku melihat siapa orang itu. Itu Peter Terry.

"Hello Maggie."

"Peter?" Aku sempat shock "Bagaimana? Apa?"

"Siapa yang kamu harapkan? Hantu? Setan? Seorang gadis kecil berambut pirang?” Dia tersenyum.

"Apa yang terjadi di sini?"

"Maggie. Ayolah. Siapa yang pertama kali menceritakan kepada David tentang tempat ini? "

"Kau ... tidak ..."

"Siapa yang bilang tentang keberadaan David di sini?"

"Sialan Peter! kau temannya!"
"Maaf Maggie, tapi itulah bagaimana kita menjalankan bisnis di sini."

"Dimana dia? DIMANA DIA?!"

"Dia di sini bersama kami. Dan dia tidak akan berhasil. Dan kau juga tidak. "

Aku tidak tahu apa yang merasuki ku, tapi aku kehilangan keabaran. Aku melompat di atas meja dan mendorong Peter ke tanah. Aku mencengkeram rambut dan membanting kepalanya ke tanah, dan menancapkan pisau bedah ke lehernya. Aku ingin membunuhnya. Aku harus membunuhnya. Dia membunuh David. Tapi dia tidak membunuh ku.

"Maggie, kamu tidak bisa melakukan hal ini. Selalu akan ada orang yang harus menjalankan rumah ini "

"Tidak" Aku kembali menusuk pisau di lehernya dan membanting kepalanya lebih jauh ke dalam tanah.

"Aku berpikir tidak akan ada lagi yang mengurus rumah ini."

Setelah kematiannya, ruangan menjadi gelap. Aku masih memegang pisau bedah, tapi aku tidak lagi berpegang pada rambut Peter. Aku tidak tahu untuk berapa lama saya berada di kegelapan, tapi rasanya sangat lama. Aku berdiri dan meraba-raba meja dan mencoba bangkit berdiri.

Tiba-tiba lampu menyala. Aku bisa melihat jendela di seberang ruangan, diluar sedang malam.
Aku melihat keluar dan melihat dia. David sedang berjalan di luar, tampaknya terluka. Aku berlari ke pintu dan mencoba untuk membukanya. Aku sangat senang. Tapi pintu itu tidak mau terbuka. Aku mencoba sekuat tenaga untuk membukanya, tapi pintu ini tidak mau membuka.
Aku memandang ke luar jendela dan melihat David saat ia mulai berjalan menyusuri jalan tanah. Aku menyandarkan kepala ku ke pintu dan hanya bisa melihatnya. Jantungku terasa ingin keluar saat aku menyadari sesuatu. Ada sebuah tag nama di dada ku dan tertulis sebuah kata :

'MANAJEMEN'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar