Aku
berlari menuju mobil dan segera masuk kedalamnya. Aku mengalami shock
beberapa saat dan berjalan kembali focus mengendarai mobil menyusuri
jalan menuju apartemen ku.
Tak satu pun dari ini adalah masuk
akal. Bagaimana ruang 8 adalah apartemenku? Haruskah akuu percaya dengan
pesan itu? Tetapi itu dari David. Aku tahu itu. Tidak ada alasan untuk
tidak mempercayai hal itu. Butuh waktu untuk pergi ke apartemenku, dan
jujur aku bahkan tidak ingat bahwa aku sedang mengemudi. Itu seperti
kamu sedang tertidur dan tiba-tiba terbangun di tengah jalan.
Aku keluar dari mobilku dan langsung berlari . Tanganku meraba-raba
pintu dengan kasar dan berlari masuk melewati lobi. Aku berlari secepat
mungkin, melewati unit nomor 4, melewati unit nomor 5. Aku merasa
pusing. Aku telah melewati unit nomor 6. Saat melewati unit 7 Aku nyaris
tidak sadarkan diri. Dan ketika aku berhenti di depan unit ku, aku
terdiam. Aku hanya berdiri di sana, berdiri di depan apartemen ku.
Lambang emas kecil berbentuk '8' sempurna berada di depan pintu unit ku.
Aku meraih gagang pintu dan perlahan-lahan masuk kedalam ruangan. Entah
kenapa aku terjatuh ke lantai. Tiba-tiba pintu di belakangku terbanting
dan terkunci.
Ruang 8. Aku bangkit dari lantai dan melihat
sekeliling. Sangat mirip dengan apartemen ku atau bisa jadi ini adalah
apatemen ku. Jika aku tidak berpikir dengan lebih waras, mungkin aku
akan berfikir bahwa aku telah pulang dan selama kejadian tadi hanyalah
mimpi buruk semata. Aku memikirkan David, apakah dia sedang berada di
ruangan ini atau tidak. Aku berjalan di sekitar dan mempelajari semua
hal disini. Semuanya persis tergeletak pada saat aku meninggalkannya.
Pring kotor di wastafel, bungkus Kit-Kat bekas kemarin yang belum sempat
ku buang tergeletak di samping TV, kardus pizza yang aku makan kemarin
malam masih berada di atas meja makan. Aku menatap meja komputer di
ruang keluarga. Monitor masih menyala, dan AIM masih muncul di monitor
itu. Aku berjalan dan duduk di depan komputer,memulai percakapan dengan
Peter. Aku menulis kejadin selama tadi, kata demi kata. Setelah selesai
aku mengetik untuk Peter, aku mengklik tombol send. Tidak terkirim. Aku
mencoba mengklik lagi. Masih tidak mau mengirim dan layar tidak
memunculkan respon apa-apa. Aku klik tutup. Tidak terjadi apa-apa. Aku
tekan cntrl-alt-del. Tidak terjadi apa-apa. Aku menekan tombol power
monitor. Tidak ada apa-apa. Dan kemudian pop up muncul di layar. Itu
adalah video chat. Aku melihat daftar orang di dalamnya, dan ada dua
nama. Maggie dan Manajemen. Video call itu hidup, dan yang muncul
hanyalah sebuah dinding abu-abu. Kemudian pesan dari manajemen masuk ke
kotak teks.
"Harapan adalah semua hal yang kau tinggalkan :)"
"Siapa kau?" Aku menjawab.
"Nikmati pertunjukannya :)"
Dan saat itulah pemandangan di video berubah. Kamera terfokus pada
seorang pemuda diikat ke meja bedah. Dia benar-benar telanjang dan
menangis pada dirinya sendiri. Gambar itu tidak begitu jelas. Dia
tinggi, rambut cokelat pendek, dan kulit yang cukup pucat.
"Ini adalah apa yang terjadi ketika ada orang yang mencoba untuk curang:)"
Saat itulah aku menyadari siapa orang itu. Dia Peter Terry. Dan ia tidak sendirian.
Aku tidak ingin menjelaskan apa yang aku tonton pada saat itu. Jeritan,
suara yang Peter terdengar seperti bukan manusia. Aku tidak bisa tidak
melihatnya. Aku ingin menoleh kea rah yang lain, tidak melihat kea rah
monitor, tapi aku rasa ada sesuatu yang membuat diriku tetap melihat
peter. Peter berteriak kembali, tapi suaranya tidak berasal dari speaker
komputer, melainkan dari dalam kamar ku. Hatiku benar-benar bergetar
saat aku menoleh ke arah lorong. Aku bangkit dari kursi, dan aku masih
bisa mendengar jeritan itu. Kini aku berjalan menuju sumbernya. Aku
mencapai pintu kamar tidur dan jeritan yang sekarang digantikan oleh
dengung. Suara itu telah menghantui ku sepanjang waktu.
Aku
perlahan-lahan membuka pintu, dan aku melihat apa yang ada didalam video
persis dengan kamar ku. Ada meja bedah dan Peter yang terbaring diatas
nya. Tidak ada orang lain di sini. Aku tahu Manajemen berada di sini
tadi dengan denganku. Aku berjalan mendekati meja, bau busuk itu
mengerikan, dan aku membutuhkan waktu sesaat agar tidak muntah. Aku tahu
aku sudah mendekati akhir. Aku harus mengakhiri ini. Aku melihat ke
sekeliling ruangan. Di suatu tempat di sini adalah pintu masuk ke ruang
berikutnya. Aku tahu itu. Tapi itu sederhana dari yang aku duga.
Diseberang kamar ku terdapat sebuah pintu yang seharusnya sebuah pintu
kayu sederhana, melainkan pintu kayu yang menyeramkan. Ada sesuatu yang
tergantung di pintu. Sesuatu yang panjang………dan berdarah.
Itu adalah usus Peter Terry, dan itu membentuk angka 9 di pintu.
Aku merasa buruk bagi Peter, tapi aku telah melalui neraka malam itu.
Aku berjalan tepat melewati meja, mengambil pisau bedah dan berjalan
perlahan kea rah pintu. Pintu terakhir ada di sana, dan aku harus
berjalan sampai kesana. Malam ini hendak berakhir, dan aku harus keluar
dari rumah sialan ini dengan David. Pintu terbuka dengan mudah, dan aku
perlahan masuk. Ruang itu kosong, sangat mirip dengan ruang tunggu
sebuah rumah sakit. Ada beberapa kursi berderet di dinding dan beberapa
majalah tua di keranjang di sudut. Di seberang ruangan di sisi
berlawanan dari mana aku datang, terdapat pintu. Hatiku bergetar ketika
aku membaca label yang ada pada pintu. Itu bukan angka. Itu satu kata.
MANAJEMEN
Aku mengepalkan pisau bedah di tangan ku.
"Baiklah, aku harus mengakhiri hal-hal sialan ini."
Mereka berada di sisi lain dari pintu. Aku bisa merasakannya. Dan juga
pasti ada David. Aku memutar kenop dan membuka pintu. Aku megira apapun
yang dibalik semua ini akan lebih mengerikan lagi. Tapi aku salah. Itu
adalah sebuah lobi depan. Lobi depan yang sama yang memulai seluruh
neraka ini. Hanya saja kali ini, ada seseorang di belakang meja. Hatiku
melompat keluar dari dada ketika aku melihat siapa orang itu. Itu Peter
Terry.
"Hello Maggie."
"Peter?" Aku sempat shock "Bagaimana? Apa?"
"Siapa yang kamu harapkan? Hantu? Setan? Seorang gadis kecil berambut pirang?” Dia tersenyum.
"Apa yang terjadi di sini?"
"Maggie. Ayolah. Siapa yang pertama kali menceritakan kepada David tentang tempat ini? "
"Kau ... tidak ..."
"Siapa yang bilang tentang keberadaan David di sini?"
"Sialan Peter! kau temannya!"
"Maaf Maggie, tapi itulah bagaimana kita menjalankan bisnis di sini."
"Dimana dia? DIMANA DIA?!"
"Dia di sini bersama kami. Dan dia tidak akan berhasil. Dan kau juga tidak. "
Aku tidak tahu apa yang merasuki ku, tapi aku kehilangan keabaran. Aku
melompat di atas meja dan mendorong Peter ke tanah. Aku mencengkeram
rambut dan membanting kepalanya ke tanah, dan menancapkan pisau bedah ke
lehernya. Aku ingin membunuhnya. Aku harus membunuhnya. Dia membunuh
David. Tapi dia tidak membunuh ku.
"Maggie, kamu tidak bisa melakukan hal ini. Selalu akan ada orang yang harus menjalankan rumah ini "
"Tidak" Aku kembali menusuk pisau di lehernya dan membanting kepalanya lebih jauh ke dalam tanah.
"Aku berpikir tidak akan ada lagi yang mengurus rumah ini."
Setelah kematiannya, ruangan menjadi gelap. Aku masih memegang pisau
bedah, tapi aku tidak lagi berpegang pada rambut Peter. Aku tidak tahu
untuk berapa lama saya berada di kegelapan, tapi rasanya sangat lama.
Aku berdiri dan meraba-raba meja dan mencoba bangkit berdiri.
Tiba-tiba lampu menyala. Aku bisa melihat jendela di seberang ruangan, diluar sedang malam.
Aku melihat keluar dan melihat dia. David sedang berjalan di luar,
tampaknya terluka. Aku berlari ke pintu dan mencoba untuk membukanya.
Aku sangat senang. Tapi pintu itu tidak mau terbuka. Aku mencoba sekuat
tenaga untuk membukanya, tapi pintu ini tidak mau membuka.
Aku
memandang ke luar jendela dan melihat David saat ia mulai berjalan
menyusuri jalan tanah. Aku menyandarkan kepala ku ke pintu dan hanya
bisa melihatnya. Jantungku terasa ingin keluar saat aku menyadari
sesuatu. Ada sebuah tag nama di dada ku dan tertulis sebuah kata :
'MANAJEMEN'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar