Aku dan teman-temanku sudah sepakat untuk melakukan permainan setan
itu, meski aku sudah tau permainan yang akan aku lakukan mempunyai
resiko yang besar. Tapi, setiap kali aku menjelaskan kepada
teman-temanku akan bahaya permainan tersebut, berkali-kali juga ocehanku
dibantah oleh mereka. “Sudahlah ! sekarang sudah zaman modern, siapa
yang peduli degan hal demikian ? lagian ini hanyalah sebuah game, bukan
sarana untuk mengantarkan nyawa !” Akhirnya, aku dan ketiga
temanku meyakinkan diri untuk melakukan permainan itu. Waktu dan lokasi
sudah kami tentukan. Permainan gila ini akan kami lakukan di sebuah
rumah tua di kawasan lubek padang, rumah yang sudah ditinggal lama,
bentuk dan cat rumah tersebut sudah mendiskripsikan betapa angkernya
rumah tersebut. Bayangkan saja, ketika aku masuk ke rumah untuk melihat
kondisinya, bulu kudukku sudah merinding, hawa dingin menusuk di tulang
belulangku, sulit bagiku untuk menggambarkan keadaan itu. Tapi, didorong
oleh keinginan untuk bermain ini sudah gila, rasa takut sudah
menghilang dariku dan teman-temanku, atau mungkin kami sudah tak tau apa
itu TAKUT !
Kau mungkin bertanya permainan apa yang ingin kami
lakukan ? benar bukan ? akan ku jelaskan sedikit. Kami akan melakukan
dua buah permainan dalam satu malam secara bersamaan. Permainan apa saja
itu ? dengarkan baik-baik, untuk pertama kami akan melakukan permainan
“Bloody Mery”. Permainan yang berasal dari daerah barat sana, kami akan
memanggil roh setan pembunuh Bloody Mery tersebut tepat tengah malam,
meneriakkan namanya 3 kali sekeras-keras mungkin di depan kaca keramat
yang kami peroleh dari penjualan online di internet. Untuk permainan
yang kedua, kami akan memainkan jelangkung. Ya, permainan dari negara
sendiri. Aku dan teman-teman sudah sepakat untuk memilih kedua permainan
ini. Lagian, apalah artinya sebuah game ? kau hanya akan mendapatkan
kesenangan setelah bermain. Pikirku, bukan tapi pikir kami. Sebelum aku
SEPERTI INI !
Waktu yang ditunggu-tunggupun sudah tiba. Kami
bersorak gembira menunggu malam semakin larut. Tak ada apapun yang kami
bawa selain perlengkapan mainan untuk nanti. Aku dan teman sudah siap,
duduk manis di dalam rumah angker itu, mungkin posisinya di ruangan
tamu, dilihat masih ada sebuah sofa panjang yang sudah lapuk dan
bersarang kutu.
Alarm handphone ku pun berdering, menandakan kini
sudah larut malam. Kami segera mengambil posisi. Aku dan temanku
bernama jo segera menghadap kaca keramat yang kami beli untuk memanggil
hantu wanita gila yang disebut orang mampu membunuh manusia. Sedangkan
temanku Andre dan Yusuf memegang jelangkung yang sudah dia siapkan dari
tadi siang. Mereka juga membawa keranjang, aku tak tau apa fungsinya,
yang jelas aku hanya fokus pada kaca tua yang tampak sudah banyak
retakan.
Sekarang aku dan jo meneriakkan nama Bloody Mary sekuat
tenaga, mungkin lebih dari tiga kali, ini karena semangat yang menggebu.
Pada sisi lain andre dan yusuf asyik menyanyikan mantra jelangkung yang
biasa kalian dengar. Satu menit berlalu, dua, tiga, hingga hampir
setengah jam setelah kami memulai permainan, tidak ada terjadi apa-apa.
Kemuadian temanku jo tertawa terbahak-bahak. “sudah aku bilang,
permainan ini hanya bohongan, palingan hanya orang-orang gila yang
membuat agar banyak orang mengunjungi situsnya. Fuck !” Aku dan yang
lain juaga ikut tersenyum mendengar kata-kata jo yang berujung sangat
kasar. Kebosananpun mulai melanda, akhirnya kami putuskan untuk
meninggalkan lokasi, berhubung diluar juga sudah tampak langit akan
menangis.
Tapi...... baru saja kaki kami melangkah, terdengar
suara dari belakang, aku yakin suara itu berasal dari kaca keramat itu.
Serontak kami menoleh ke belakang. Dapat aku lihat dengan jelas, seorang
wanita tua dengan rambut berwarna putih keluar dari kaca. Tubuh yang
berlumuran darah, serta mata yang tampak merah menatap kami dengan
sangar. Kaki ku terasa kaku, tubuhku lemas, seolah tak dapat bergerak
untuk lari meninggalkan tempat aku berpijak. Wanita itu semakin dekat.
Lebih dekat, aku yang berada posisi paling jauh sangat ketakutan,
apalagi dengan jo yang begitu dekat dengan kaca. Dapat aku lihat kondisi
jo yang semakin memberuk. Tatapannya kosong, hilang arah, seolah-olah
tak terjadi apa-apa saat itu. Keadaan semakin buruk saat wanita tua itu
langsung mendekap jo sambil menyeretnya menuju kaca. Dapat aku dengar
teriakan jo yang sungguh menyayat hati dan memecah hening malam. Kuku
wanita itu mencengkram kulit jo, darah mengalir di sekujur tubuh temanku
itu, tak cukup dengan hal itu, wanita tua itu memasukkan tangannya ke
mulut jo, sontak saja darah mengalir deras dari mulut dan hidungnya,
keadaannya semakin lemah. Sedangkan aku dan yang lainnya hanya
menyaksikan panorama mengerikan tanpa bisa berbuat apa-apa. Tubuh jo
kini sudah tak bernyawa, wanita tersebut membawanya menuju kaca, dan
beberapa saat hilang, sulit dijelaskan. Kini yang tersisa hanya sepotong
daging bekas cabikan dari kulit lelaki malang itu.
Aku yang
ketakutan mulai berkomat-kamit mengucap apasaja yang aku ingat diajaran
agamaku. Tiba-tiba kakiku perlahan mampu digerakkan, aku mampu
mengeluarkan suara. Tak ku sia-siakan kesempatan ini, sambil berlari
menuju sahabatku, aku memegang tangan mereka, namun aku terkejut. Tangan
mereka terasa dingin, terasa berat, sulit untuk di gerakkan. Aku lantas
beneriaki nama mereka. Sekali, dua kali, hingga tiga kali, namun tak
ada jawaban. Aku terhenyak, mengambil langkah mundur beberapa centi, aku
berfikir mungkin mereka telah kemasukan roh halus akibat permainan
jelangkung mereka. Air mataku tak terbendung, aku berlari menuju pintu
rumah untuk keluar.
Ku percepat langkah kaki menuju pintu, tapi
mataku menangkap sesuatu di depan sana, seperti tubuh manusia. Ya, dua
tubuh manusia. Aku lantas menghentikan langkahku, berjalan secara
perlahan mendekati benda tersebut. Aku takut itu adalah makhluk lain
yang akan membunuhku seperti temanku jo. Dekat, semakin dekat. Astaga,
betapa terperanjatnya aku melihat benda itu, itu Andre dan yusuf.
Lantas, siapa yang disana ? tangan siapa yang aku genggam tadi ? tangan
siapa yang berat dan terasa dingin tadi ? aku pusing ! mana yang asli ?
Ku dekatkan wajahku pada tubuh itu, ingin muntah rasanya ketika melihat
kondisi mereka, bola mata yang hilang entah kemana hingga meninggalkan
jejak bolong pada rongga wajah mereka, mulut yang menganga menjelaskan
betapa takutnya mereka sebelum menemui ajal, kulit yang membiru, serta
cakaran bekas kuku tajam di sekujur tubuh.
Aku hanya bisa
mengucap melihat pemandangan aneh itu. Tanpa fikir panjang ku layangkan
kaki menuju pintu yang hanya tinggal beberapa jengkal lagi. Dan
duarrkk... aku berhasil keluar rumah terkutuk itu dengan mendobrak pintu
rumah yang sudah lapuk. Aku terduduk di teras rumah, hujan kini
membahasi tubuhku, aku menangisi apa yang telah aku perbuat, menyesali
kebodohonku. Kini aku tau sebenarnya Andre dan yusuf sudah terlebih
dahulu dibunuh oleh hantu-hantu yang mereka panggil lewat permainan
jelangkung. Pantas saja mereka hanya diam saat aku menggu reaksi kaca
permainan Bloody Mary tadi. Aku yakin, telinga ku telah dikunci untuk
tidak mendengar suara teriakan mereka.
Kini hanya aku yang
tersisa, hanya aku yang selamat dari permainan mematikan ini, aku
sedikit bersyukur. Ku paksakan diri untuk bangun dari dudukku, meski
keadaan otot dan sendi ku masih lemah, hujan semakin lebat, aku berniat
meninggalkan tempat terkutuk ini dengan cepat sebelum sesuatu terjadi
padaku.
Tapi....... keadaan berubah, dunia semakin gelap, rintik
hujan yang berwarna bening kini berubah menjadi merah darah, kebisingan
yang diciptakan dari rintik hujan perlahan memudar. Hening semakin
menjadi. Aku merasa heran dengan keadaan ini. Kemudian, sebuah tangan
dingin dan panjang menjamahku dari belakang, sambil berbisik “BAGAIMANA
DENGAN DUNIA BARUMU ?”.
Panduan Bermain Taruhan Togel Shio Tahun 2019
BalasHapusShio Togel 2019
Trik Rahasia Bermain Togel Hongkong Agar Selalu Menang
BalasHapus