Rabu, 21 September 2016

The Game (Creepypasta)

Aku dan teman-temanku sudah sepakat untuk melakukan permainan setan itu, meski aku sudah tau permainan yang akan aku lakukan mempunyai resiko yang besar. Tapi, setiap kali aku menjelaskan kepada teman-temanku akan bahaya permainan tersebut, berkali-kali juga ocehanku dibantah oleh mereka. “Sudahlah ! sekarang sudah zaman modern, siapa yang peduli degan hal demikian ? lagian ini hanyalah sebuah game, bukan sarana untuk mengantarkan nyawa !” Akhirnya, aku dan ketiga temanku meyakinkan diri untuk melakukan permainan itu. Waktu dan lokasi sudah kami tentukan. Permainan gila ini akan kami lakukan di sebuah rumah tua di kawasan lubek padang, rumah yang sudah ditinggal lama, bentuk dan cat rumah tersebut sudah mendiskripsikan betapa angkernya rumah tersebut. Bayangkan saja, ketika aku masuk ke rumah untuk melihat kondisinya, bulu kudukku sudah merinding, hawa dingin menusuk di tulang belulangku, sulit bagiku untuk menggambarkan keadaan itu. Tapi, didorong oleh keinginan untuk bermain ini sudah gila, rasa takut sudah menghilang dariku dan teman-temanku, atau mungkin kami sudah tak tau apa itu TAKUT !
Kau mungkin bertanya permainan apa yang ingin kami lakukan ? benar bukan ? akan ku jelaskan sedikit. Kami akan melakukan dua buah permainan dalam satu malam secara bersamaan. Permainan apa saja itu ? dengarkan baik-baik, untuk pertama kami akan melakukan permainan “Bloody Mery”. Permainan yang berasal dari daerah barat sana, kami akan memanggil roh setan pembunuh Bloody Mery tersebut tepat tengah malam, meneriakkan namanya 3 kali sekeras-keras mungkin di depan kaca keramat yang kami peroleh dari penjualan online di internet. Untuk permainan yang kedua, kami akan memainkan jelangkung. Ya, permainan dari negara sendiri. Aku dan teman-teman sudah sepakat untuk memilih kedua permainan ini. Lagian, apalah artinya sebuah game ? kau hanya akan mendapatkan kesenangan setelah bermain. Pikirku, bukan tapi pikir kami. Sebelum aku SEPERTI INI !
Waktu yang ditunggu-tunggupun sudah tiba. Kami bersorak gembira menunggu malam semakin larut. Tak ada apapun yang kami bawa selain perlengkapan mainan untuk nanti. Aku dan teman sudah siap, duduk manis di dalam rumah angker itu, mungkin posisinya di ruangan tamu, dilihat masih ada sebuah sofa panjang yang sudah lapuk dan bersarang kutu.
Alarm handphone ku pun berdering, menandakan kini sudah larut malam. Kami segera mengambil posisi. Aku dan temanku bernama jo segera menghadap kaca keramat yang kami beli untuk memanggil hantu wanita gila yang disebut orang mampu membunuh manusia. Sedangkan temanku Andre dan Yusuf memegang jelangkung yang sudah dia siapkan dari tadi siang. Mereka juga membawa keranjang, aku tak tau apa fungsinya, yang jelas aku hanya fokus pada kaca tua yang tampak sudah banyak retakan.
Sekarang aku dan jo meneriakkan nama Bloody Mary sekuat tenaga, mungkin lebih dari tiga kali, ini karena semangat yang menggebu. Pada sisi lain andre dan yusuf asyik menyanyikan mantra jelangkung yang biasa kalian dengar. Satu menit berlalu, dua, tiga, hingga hampir setengah jam setelah kami memulai permainan, tidak ada terjadi apa-apa. Kemuadian temanku jo tertawa terbahak-bahak. “sudah aku bilang, permainan ini hanya bohongan, palingan hanya orang-orang gila yang membuat agar banyak orang mengunjungi situsnya. Fuck !” Aku dan yang lain juaga ikut tersenyum mendengar kata-kata jo yang berujung sangat kasar. Kebosananpun mulai melanda, akhirnya kami putuskan untuk meninggalkan lokasi, berhubung diluar juga sudah tampak langit akan menangis.
Tapi...... baru saja kaki kami melangkah, terdengar suara dari belakang, aku yakin suara itu berasal dari kaca keramat itu. Serontak kami menoleh ke belakang. Dapat aku lihat dengan jelas, seorang wanita tua dengan rambut berwarna putih keluar dari kaca. Tubuh yang berlumuran darah, serta mata yang tampak merah menatap kami dengan sangar. Kaki ku terasa kaku, tubuhku lemas, seolah tak dapat bergerak untuk lari meninggalkan tempat aku berpijak. Wanita itu semakin dekat. Lebih dekat, aku yang berada posisi paling jauh sangat ketakutan, apalagi dengan jo yang begitu dekat dengan kaca. Dapat aku lihat kondisi jo yang semakin memberuk. Tatapannya kosong, hilang arah, seolah-olah tak terjadi apa-apa saat itu. Keadaan semakin buruk saat wanita tua itu langsung mendekap jo sambil menyeretnya menuju kaca. Dapat aku dengar teriakan jo yang sungguh menyayat hati dan memecah hening malam. Kuku wanita itu mencengkram kulit jo, darah mengalir di sekujur tubuh temanku itu, tak cukup dengan hal itu, wanita tua itu memasukkan tangannya ke mulut jo, sontak saja darah mengalir deras dari mulut dan hidungnya, keadaannya semakin lemah. Sedangkan aku dan yang lainnya hanya menyaksikan panorama mengerikan tanpa bisa berbuat apa-apa. Tubuh jo kini sudah tak bernyawa, wanita tersebut membawanya menuju kaca, dan beberapa saat hilang, sulit dijelaskan. Kini yang tersisa hanya sepotong daging bekas cabikan dari kulit lelaki malang itu.
Aku yang ketakutan mulai berkomat-kamit mengucap apasaja yang aku ingat diajaran agamaku. Tiba-tiba kakiku perlahan mampu digerakkan, aku mampu mengeluarkan suara. Tak ku sia-siakan kesempatan ini, sambil berlari menuju sahabatku, aku memegang tangan mereka, namun aku terkejut. Tangan mereka terasa dingin, terasa berat, sulit untuk di gerakkan. Aku lantas beneriaki nama mereka. Sekali, dua kali, hingga tiga kali, namun tak ada jawaban. Aku terhenyak, mengambil langkah mundur beberapa centi, aku berfikir mungkin mereka telah kemasukan roh halus akibat permainan jelangkung mereka. Air mataku tak terbendung, aku berlari menuju pintu rumah untuk keluar.
Ku percepat langkah kaki menuju pintu, tapi mataku menangkap sesuatu di depan sana, seperti tubuh manusia. Ya, dua tubuh manusia. Aku lantas menghentikan langkahku, berjalan secara perlahan mendekati benda tersebut. Aku takut itu adalah makhluk lain yang akan membunuhku seperti temanku jo. Dekat, semakin dekat. Astaga, betapa terperanjatnya aku melihat benda itu, itu Andre dan yusuf. Lantas, siapa yang disana ? tangan siapa yang aku genggam tadi ? tangan siapa yang berat dan terasa dingin tadi ? aku pusing ! mana yang asli ?
Ku dekatkan wajahku pada tubuh itu, ingin muntah rasanya ketika melihat kondisi mereka, bola mata yang hilang entah kemana hingga meninggalkan jejak bolong pada rongga wajah mereka, mulut yang menganga menjelaskan betapa takutnya mereka sebelum menemui ajal, kulit yang membiru, serta cakaran bekas kuku tajam di sekujur tubuh.
Aku hanya bisa mengucap melihat pemandangan aneh itu. Tanpa fikir panjang ku layangkan kaki menuju pintu yang hanya tinggal beberapa jengkal lagi. Dan duarrkk... aku berhasil keluar rumah terkutuk itu dengan mendobrak pintu rumah yang sudah lapuk. Aku terduduk di teras rumah, hujan kini membahasi tubuhku, aku menangisi apa yang telah aku perbuat, menyesali kebodohonku. Kini aku tau sebenarnya Andre dan yusuf sudah terlebih dahulu dibunuh oleh hantu-hantu yang mereka panggil lewat permainan jelangkung. Pantas saja mereka hanya diam saat aku menggu reaksi kaca permainan Bloody Mary tadi. Aku yakin, telinga ku telah dikunci untuk tidak mendengar suara teriakan mereka.
Kini hanya aku yang tersisa, hanya aku yang selamat dari permainan mematikan ini, aku sedikit bersyukur. Ku paksakan diri untuk bangun dari dudukku, meski keadaan otot dan sendi ku masih lemah, hujan semakin lebat, aku berniat meninggalkan tempat terkutuk ini dengan cepat sebelum sesuatu terjadi padaku.
Tapi....... keadaan berubah, dunia semakin gelap, rintik hujan yang berwarna bening kini berubah menjadi merah darah, kebisingan yang diciptakan dari rintik hujan perlahan memudar. Hening semakin menjadi. Aku merasa heran dengan keadaan ini. Kemudian, sebuah tangan dingin dan panjang menjamahku dari belakang, sambil berbisik “BAGAIMANA DENGAN DUNIA BARUMU ?”.

2 komentar: