Minggu, 18 September 2016

The Russian Sleep Experiment part 2(Creepypasta)

Ketiga tahanan subjek tersebut kemudian dimasukan ke sebuah ruangan lain sembari menunggu kepastian akan apa yang selanjutnya harus dilakukan pada mereka. Sedangkan para peneliti dihadapkan pada kemurkaan "para pembiaya" kemiliteran karena dinilai telah gagal mencapai tujuan dari eksperimen tersebut juga menyebabkan kematian beberapa subjek. Sang pemimpin komando, yang adalah seorang mantan KGB (Komite Keamanan Negara) malah memiliki pandangan berbeda, dan ingin melihat bagaimana jadinya jika para subjek tersebut dimasukan lagi ke dalam ruangan penuh gas. Para peneliti dengan tegas menolak,tetapi tak dihiraukan. Memasuki persiapan untuk kembali disegel ke dalam ruang gas, subjek-subjek tersebut di periksa dahulu dengan monitor EEG (Electroencephalograph : merupakan suatu grafik instrumen yang digunakan merekam aktifitas listrik otak) dan diikat lebih kuat selama beberapa saat. Namun semua orang dikejutkan oleh perilaku mereka yang tiba tiba berhenti memberontak dan pasrah saja saat dipasangi sabuk pengikat ketika mengetahui kalau mereka akan dikembalikan ke ruang gas. Dengan ini menjadi jelas bahwa pemberontakan membabi buta yang mereka kerahkan adalah bertujuan supaya mereka bisa tetap terjaga. Subjek yang bisa bicara terus terusan menggumam dengan suara keras, subjek satunya lagi yang tak bisa bicara dengan penuh semangat menghentak-hentakan kakinya yang terikat sabuk kulit secara berselang seling, pertama yang kiri, lalu kanan, lalu kiri lagi seolah berusaha menyibukan dirinya sendiri. Subjek sisanya mendongak berusaha menjauhkan kepalanya dari bantal sambil kelopak matanya mengerjap cepat.
Pemeriksaan EEG pertama kali yang dilakukan pada seorang subjek, mengejutkan hampir semua peneliti yang mengamati penggambaran hasil gelombang otaknya. Seringkali gelombangnya
tampak normal namun kadang terlihat garis mendatar yang tak dapat dijelaskan penyebabnya. Seolah pasien itu secara berkala mengalami kematian kinerja otak, sebelum berubah menjadi normal seperti semula. Ketika para peneliti
sibuk mempelajari gulungan kertas yang keluar dari mesin pengamat gelombang otak tersebut, seorang perawat mendapati kedua mata subjek tiba-tiba menutup tepat bersamaan dengan terhempasnya kepala subjek ke atas bantal. Segera saja gelombang otaknya menampakkan kondisi koma, kemudian berakhir dengan garis datar dan secara serentak jantungnya pun berhenti berdetak.
Satu-satunya subjek yang mampu
berbicara mulai menjerit meminta
untuk segera dimasukan ke ruang gas saat itu juga. Gelombang otaknya menunjukkan garis datar serupa dengan subjek yang mati karena tertidur barusan. Sang komandan pun memerintahkan supaya dua subjek kembali di kurung dalam ruang uji coba beserta pula 3 orang peneliti. Salah satu dari tiga peneliti yang disebutkan langsung meraih pistol dan menembak si komandan tepat di titik buta antara kedua matanya, kemudian beralih ke subjek yang tak dapat berbicara untuk juga meledakkan kepala beserta otaknya.
Terakhir, dia membidik satu-satunya subjek tersisa, yang masih terikat di tempat tidur sementara staf medis dan para peneliti lainnya lari meninggalkan ruangan.
"Aku tak sudi terkurung di sini
bersama makhluk semacam kalian!
Tidak bersamamu!" teriak si peneliti pada subjek pria yang terikat di pembaringan itu.
"KAU INI APA?" dia membentak. "Beritahu aku!"
Si subjek tersenyum.
"Apakah begitu mudahnya kau lupa?" tanya si subjek. "Kami adalah kau." "Kami adalah kegilaan yang mengintai dari dalam diri kalian semua, memohon untuk terbebas di setiap momen dari pikiran
kebinatanganmu yang terdalam." "Kami adalah sesuatu yang menyebabkan kau sembunyi di atas pembaringanmu pada setiap malam. Kami adalah sesuatu
yang kau kurung dan kau lumpuhkan dalam kesunyian saat kau mengembara ke dunia mimpi malam hari dimana kami tak dapat menggapaimu."
Peneliti itu diam membisu. Kemudian dia mengarahkan pistol ke jantung si subjek dan menarik pelatuknya.
Mesin EEG menampakkan garis datar bersamaan dengan subjek yang mulai tersedak-sedak lemah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar