Ketiga tahanan subjek tersebut kemudian dimasukan ke sebuah
ruangan lain sembari menunggu kepastian akan apa yang selanjutnya harus
dilakukan pada mereka. Sedangkan para peneliti dihadapkan pada kemurkaan
"para pembiaya" kemiliteran karena dinilai telah gagal mencapai tujuan
dari eksperimen tersebut juga menyebabkan kematian beberapa subjek. Sang
pemimpin komando, yang adalah seorang mantan KGB (Komite Keamanan
Negara) malah memiliki pandangan berbeda, dan ingin melihat bagaimana
jadinya jika para subjek tersebut dimasukan lagi ke dalam ruangan penuh
gas. Para peneliti dengan tegas menolak,tetapi tak dihiraukan.
Memasuki persiapan untuk kembali disegel ke dalam ruang gas,
subjek-subjek tersebut di periksa dahulu dengan monitor EEG
(Electroencephalograph : merupakan suatu grafik instrumen yang digunakan
merekam aktifitas listrik otak) dan diikat lebih kuat selama beberapa
saat. Namun semua orang dikejutkan oleh perilaku mereka yang tiba tiba
berhenti memberontak dan pasrah saja saat dipasangi sabuk pengikat
ketika mengetahui kalau mereka akan dikembalikan ke ruang gas. Dengan
ini menjadi jelas bahwa pemberontakan membabi buta yang mereka kerahkan
adalah bertujuan supaya mereka bisa tetap terjaga. Subjek yang bisa
bicara terus terusan menggumam dengan suara keras, subjek satunya lagi
yang tak bisa bicara dengan penuh semangat menghentak-hentakan kakinya
yang terikat sabuk kulit secara berselang seling, pertama yang kiri,
lalu kanan, lalu kiri lagi seolah berusaha menyibukan dirinya sendiri.
Subjek sisanya mendongak berusaha menjauhkan kepalanya dari bantal
sambil kelopak matanya mengerjap cepat.
Pemeriksaan EEG pertama
kali yang dilakukan pada seorang subjek, mengejutkan hampir semua
peneliti yang mengamati penggambaran hasil gelombang otaknya. Seringkali
gelombangnya
tampak normal namun kadang terlihat garis mendatar
yang tak dapat dijelaskan penyebabnya. Seolah pasien itu secara berkala
mengalami kematian kinerja otak, sebelum berubah menjadi normal seperti
semula. Ketika para peneliti
sibuk mempelajari gulungan kertas yang
keluar dari mesin pengamat gelombang otak tersebut, seorang perawat
mendapati kedua mata subjek tiba-tiba menutup tepat bersamaan dengan
terhempasnya kepala subjek ke atas bantal. Segera saja gelombang otaknya
menampakkan kondisi koma, kemudian berakhir dengan garis datar dan
secara serentak jantungnya pun berhenti berdetak.
Satu-satunya subjek yang mampu
berbicara mulai menjerit meminta
untuk segera dimasukan ke ruang gas saat itu juga. Gelombang otaknya
menunjukkan garis datar serupa dengan subjek yang mati karena tertidur
barusan. Sang komandan pun memerintahkan supaya dua subjek kembali di
kurung dalam ruang uji coba beserta pula 3 orang peneliti. Salah satu
dari tiga peneliti yang disebutkan langsung meraih pistol dan menembak
si komandan tepat di titik buta antara kedua matanya, kemudian beralih
ke subjek yang tak dapat berbicara untuk juga meledakkan kepala beserta
otaknya.
Terakhir, dia membidik satu-satunya subjek tersisa, yang
masih terikat di tempat tidur sementara staf medis dan para peneliti
lainnya lari meninggalkan ruangan.
"Aku tak sudi terkurung di sini
bersama makhluk semacam kalian!
Tidak bersamamu!" teriak si peneliti pada subjek pria yang terikat di pembaringan itu.
"KAU INI APA?" dia membentak. "Beritahu aku!"
Si subjek tersenyum.
"Apakah begitu mudahnya kau lupa?" tanya si subjek. "Kami adalah kau."
"Kami adalah kegilaan yang mengintai dari dalam diri kalian semua,
memohon untuk terbebas di setiap momen dari pikiran
kebinatanganmu
yang terdalam." "Kami adalah sesuatu yang menyebabkan kau sembunyi di
atas pembaringanmu pada setiap malam. Kami adalah sesuatu
yang kau
kurung dan kau lumpuhkan dalam kesunyian saat kau mengembara ke dunia
mimpi malam hari dimana kami tak dapat menggapaimu."
Peneliti itu diam membisu. Kemudian dia mengarahkan pistol ke jantung si subjek dan menarik pelatuknya.
Mesin EEG menampakkan garis datar bersamaan dengan subjek yang mulai tersedak-sedak lemah,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar