Kamis, 29 September 2016

The Way It's Supposed to Be

Kami banyak bersenang-senang, mama dan aku. Aku tidak ingat masa-masa waktu aku sangat kecil, tetapi sekarang aku sudah 10 tahun, dan aku tahu aku menikmati waktu berdua dengan mama, sejak papaku meninggal. Mama memajang fotonya di atas perapian, dan dia terus bicara tentangnya--betapa papa sangat menyayangiku, dan betapa baiknya dia. Papaku anggota regu rugby di universitas dan ikut segala macam kegiatan kampus. Kemudian dia menjadi pialang saham dan menikahi mama.

Aku masih 6 tahun waktu papaku meninggal, dan aku tak begitu ingat dia. Aku sudah mencobanya, tapi tidak bisa. Tapi tak masalah. Buatku, dia tetap hidup dalam fotonya. Mama selalu bilang: "Papa akan bangga kalau melihat nilai-nilaimu yang bagus." Lalu aku akan memandang fotonya di atas perapian, dan dia seolah tersenyum.

Papaku seorang lelaki tua. Rambutnya sudah ubanan dalam foto itu. Mamaku tidak punya uban. Dia muda dan cantik. Rambutnya pirang halus dan matanya biru besar. Dia wanita tercantik di dunia. Aku tak akan pernah meninggalkan mamaku. Anak-anak lain selalu bilang mereka akan pergi ke Florida dan mencari harta karun. Mereka selalu kepingin pergi saja. Tetapi aku tidak bisa begitu. Aku pernah memberitahu temanku Billi bahwa aku tak akan meninggalkan mamaku, dan dia tertawa. Tetapi mereka tidak mengerti, karena mama mereka tak seperti mamaku. Semua mama mereka suka cemberut. Mamaku tak pernah cemberut. Aku tak akan pernah meninggalkannya.

Semuanya menyenangkan sampai Tuan Knott datang. Satu hari di musim panas lalu, aku terbangun karena mengira TV masih menyala. Aku berjalan ke ruang duduk, dan di sana ada mama serta seorang pria yang duduk di sofa. Mama berdiri waktu melihatku.

"Ada apa?" Tanyaku.

"Tidak, tidak ada apa-apa," kata mama. Aku tidak suka Tuan Knott. Dia sudah tua dan hidungnya besar.

"Siapa dia?" Tanyaku.

"Ini Tuan Knott, dan dia temanku," kata mama.

Aku kembali ke kamarku, tapi aku tak bisa tidur. Kukira akulah satu-satunya teman mama. Aku berharap mamaku tak akan pernah bertemu dengannya lagi. Tetapi mama sering menemuinya. Dia sering datang ke rumah kami, lalu mama akan berkata padaku, "ayo, sapa Tuan Knott."

***************************

Waktu ulang tahunku yang ke-11 tiba Oktober lalu, aku menutup mataku rapat-rapat saat meniup lilin, memohon agar Tuan Knott pergi. Tetapi tidak berhasil. Besoknya, tante yang tinggal di ujung jalan datang untuk menjagaku, karena mama akan keluar dengan Tuan Knott. Mereka bahkan pergi seharian penuh di akhir pekan. Mama memberiku ciuman pamit pada Sabtu pagi itu, dan memelukku erat. Tetapi aku tak peduli. Tidak ada lagi yang berarti setelah pria itu datang menyatroni kami. Aku ingin semuanya seperti dulu.

Minggu malam itu, saat mereka pulang, Tuan Knott berkata padaku, "kejutan! Mamaku dan aku menikah kemarin pagi."

Mamaku menimpali, "benar, sayang. Aku tidak beritahu kamu karena kamu mungkin tak akan mengerti. Tapi kita akan bahagia sekali!"

Kita! Tetapi dengan 'kita," maksudnya adalah dirinya dan pria tua itu! Kalau orang bisa mati karena menangis, aku pasti sudah mati sekarang. Papa juga sepertinya sama-sama tidak suka padanya. Kadang-kadang, aku memandang fotonya dan dia akan kelihatan seperti sedang menangis. Bulir-bulir air mata seolah bergulir melewati bingkai fotonya.

Mama saat itu masuk dan bertanya padaku ada apa.

"Lihat!" Ujarku. "Papa menangis karena mama menikah dengan pria itu!"

Mama memandangku dengan ekspresi aneh dan meninggalkan ruangan. Sesudahnya, aku mendengar mama dan Tuan Knott bertengkar. Itulah pertama kalinya aku mendengar mamaku berteriak-teriak.

Keesokan harinya, aku pulang sekolah dan langsung melempar buku-bukuku ke sofa. Ada yang tidak beres. Aku memandang ke sekeliling ruangan, lantas melihatnya. Ada tempat kosong dimana foto papa seharusnya terpampang.

"Mama!" Seruku. "Di mana foto itu?"

"Foto apa?" Tanya mama. Seolah dia tidak tahu!

"Foto papa nggak ada!"

Dan mamaku berkata, "Yah, Tuan Knott pikir sebaiknya foto itu disimpan saja, karena sekarang dia 'kan papamu."

Aku berteriak bahwa Tuan Knott bukan papaku. Mama membalas, "Kamu sudah cukup dewasa untuk menyadari bahwa papamu sudah meninggal selama 5 tahun. Aku sendirian. Sekarang aku punya orang yang menyayangiku. Tuan Knott suamiku dan secepatnya kamu menerima, semakin baik untuk kita!"

Untuk pertama kalinya, mamaku terlihat merengut.

Malam itu, tante tetangga kami datang lagi karena mama dan Tuan Knott pergi nonton. Aku senang mereka pergi. Aku menyelinap ke kamar mama dan membuka laci teratas di meja riasnya, karena aku tahu foto papa ada di sana. Aku mengeluarkan dan memandanginya. Dalam cahaya remang dari koridor, wajah papa nampak lebih hidup dari biasanya, dan dia memberitahuku apa yang harus kulakukan.

********************

Itu terjadi 5 hari yang lalu, dan keadaan kini sudah baik-baik saja. Aku sudah keluar dari lubang gelap itu. Tinggal mama dan aku saja sekarang.

Beberapa polisi datang dan berbicara kepada mama ketika jenazah Tuan Knott diusung pergi. Mama menangis. Salah satu polisi itu menghiburnya.

"Jangan kuatir. Mereka tak akan menangkapnya. Dia terlalu muda untuk menyadari apa yang dia lakukan."

Sambil terisak, mama berkata, "Ya, itulah yang mereka katakan pada saya 5 tahun yang lalu!"

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar