Rabu, 28 September 2016

NoEnd House Part 2 – Maggie part 1

Sudah 3 minggu berlalu semenjak aku terakhir berbicara dengan David. Dalam 6 bulan kita berkencan, kami pernah tidak berbicara satu sama lain selama 3 hari, dan itu merupakan perkelahian yang cukup, well,
menegangkan. Tapi ini lain, ini sudah 3 minggu, aku khawatir sekali dengannya, hal terakhirnya yang dia sampaikan kepadaku sebelum dia menghilang adalah, bahwa dia ingin memeriksa sesuatu yang diceritakan oleh temannya. Tapi kemudian, pada tengah malam, aku mendapat sebuah pesan singkat yang aneh. Dari David, tapi bukan dari nomor hp-nya. Pesan tersebut hanya terdiri dari 5 kata, yaitu:

“no end jangan datang david”

Aku merasa ada sesuatu yang salah. Setelah membaca pesan itu aku merasa mual, seperti aku melihat sesuatu yang seharusnya tidak bisa aku lihat. Aku memutuskan untuk bertanya pada Peter, tapi aku pernah bicara pada si brengsek ini, dia bisu, atau bisa dibilang rahasianya tidak ingin diketahui orang lain, tapi paling tidak dia mungkin tau informasi mengenai dimana David sekarang. Aku memutuskan untuk log-in ke AIM dengan akun milik David, aku pikir akan menjadi lebih mudah untuk berbicara dengan Peter jika dia tak tahu bahwa ini aku. Ketika aku berhasil log-in, dia tiba tiba mengirim pesan kepadaku.

“David? Sialan, kau membuatku cemas, man. Aku kira kau pergi ke rumah itu.”
“apa maksudmu?” tanyaku.
“NoEnd House,man. Tempat yang aku ceritakan waktu itu, aku berani bersumpah bahwa kau bersikeras untuk kesana” jawabnya.
Hmm.. NoEnd House ya.. jadi orang ini tau apa yang terjadi dengan David.
“yah, sebenarnya aku tak bisa menemukan rumah itu. Mungkin aku akan mencobanya lagi besok. Dimana sih tempatnya? Aku lupa.”
“tak mungkin kau lupa, kau telah membuatku cemas, bung. Persetan dengan tempat itu, aku sudah pernah kesana, kau tidak akan mau kesana.”
“Peter, ini Maggie.”
“apa? Tunggu.. dimana David?”
“aku tak tau, aku pikir kau tau dimana dia sekarang, tapi sepertinya tidak.”
“oh shit, sialsialsialsial.”
“apa? Ayolah Peter, kau harus memberitahuku apa yang terjadi dengan David.”
“aku pikir.. dia kerumah itu. Rumah itu berlokasi 4 mil jauhnya dari kota. Pokoknya, nanti ketika ada pertigaan jalan yang tak bernama, belok saja ke kanan. Shit, man. David.. dia menghilang.”
“tidak, aku tidak berpikir dia menghilang”
“apa yang kau rencanakan?”
“aku berencana untuk memulangkan dia.”

Aku pergi keesokan malamnya pada pukul 8 malam. Tak ada satupun mobil yang melintas selama perjalananku ke NoEnd House, dan ketika aku belok di jalan yang tak bernama, aku melihat sebuah tanda yang menunjuk ke ujung jalan:

NoEnd House ke arah sini
Buka 24jam

Nafasku sudah tak teratur ketika aku meninggalkan rumah, dan melihat NoEnd House sama sekali tidak membantu. Tidak ada satupun mobil di daerah itu, yang membuatku berpikir bahwa rumah itu tutup. Sebuah cahaya dari teras rumah itu menyinari area sekitar, dan dari jendela aku melihat ada cahaya dari dalam. Aku memarkirkan mobilku dan berjalan ke depan rumah itu, dan dengan langkah pasti aku masuk kerumah itu..

Lobi utama terlihat sangat normal, tapi seperti yang aku prediksikan, tidak ada satupun orang didalam. Semua lampu menyala, tapi tidak ada satupun orang disini. Disamping pintu masuk utama, ada satu pintu lagi disini. Dan disamping pintu itu, terdapat tulisan di selembar kertas:

“ruangan satu disini. Dan ada 8 ruangan lain yang harus dilewati. Dan ketika tiba di ruangan terakhir, kau menang!”

Tulisan itu bukan yang membuat perutku bergejolak. Tulisan itu bukan yang membuat jantungku berhenti berdetak. Melainkan, ada tulisan lagi dibawah, ditulis tangan, dan tulisannya berwarna merah darah:

Kau tidak akan menyelamatkan dia.

Aku mungkin sudah berdiri di lobi itu selama 1 jam lebih lamanya. Aku terpaku, membeku. Tak bisa bergerak. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Apakah aku harus melewati pintu itu? Atau mungkin aku harus menelepon polisi? Setelah membaca tulisan itu aku merasa putus asa. Aku hanyalah seorang gadis biasa yang tingginya rata-rata, dan aku relatif langsing. aku tidak mungkin bisa melawan apapun yang menyekap David. Aku memutuskan bahwa menelepon polisi adalah hal terbaik yang bisa kulakukan, jadi aku memasukkan tanganku ke saku celana dan mengambil hp-ku. Dan ketika aku membuka hp-ku untuk menelepon polisi, aku melihatnya. Tidak ada jaringan sinyal. konstruksi Rumah ini mungkin membuat sinyal tidak bisa masuk ke dalam, dan terlebih, rumah ini berlokasi di antah berantah. Aku berjalan menuju pintu masuk, dengan pikiran bahwa diluar nanti, akan ada sinyal. aku meraih kenop pintu, dan memutarnya, dan.. tidak terjadi apa apa. Pintu ini dikunci. Aku memutarnya dengan keras, tidak terjadi apa apa. Pintu ini memang terkunci, terlebih, pintunya dikunci dari luar. Aku memukulkan tanganku ke pintu dan menggedor-gedor pintunya, sambil berteriak kepada orang diluar yang mungkin bisa mendengarku. Aku tau ini sia sia, tidak ada satupun orang disini melainkan diriku. Kemudian aku merasakan ada yang bergetar dari saku celanaku. Aku meraih hp-ku dan melihatnya. Satu pesan belum terbaca. Pertamanya, aku sangatlah gembira karena pada akhirnya, ada sinyal yang masuk, aku selamat, pikirku. Mungkin, pesan ini berasal dari David, yang menyatakan bahwa dirinya baik baik saja. Namun, aku salah, pesan ini dikirim dari nomor yang berbeda, dan aku tidak memiliki nomor ini di hp-ku. Aku membuka pesan itu, dan hampir menjatuhkan hp-ku:

“kau pun tidak akan bisa menyelamatkan dirimu sendiri.”

Seluruh tubuhku bergetar. Aku merasa ingin pingsan saja. Aku terjebak disini. Tidak ada sinyal, dan tidak ada jalan keluar. Mataku pun melihat sekitar ruangan, dan aku melihat pintu yang tadi, sebuah pintu di seberang ruangan. Ada sebuah plat menempel di pintu itu, plat yang terbuat dari emas. Bertuliskan angka 1. Plat itu terlihat seperti plat yang biasanya terdapat di depan kamar hotel. Dengan memberanikan diri, aku berjalan ke pintu itu. Lantainya terasa sangatlah panjang ketika aku berjalan menuju pintu itu. dan sekejap, aku berada di depan pintu itu, dan aku menyandarkan kepalaku ke pintu itu untuk mendengarkan apa yang ada di dalam. Suara yang aku dengar hanyalah musik Halloween biasa. Hanya musik instrumental menyeramkan yang biasa kau dengar di setiap rumah hantu. Tiba tiba aku merasa kalem. David biasa dikenal sebagai tukang jahil. Dia pernah memberitahuku bahwa dia dan teman temannya membuat rencana untuk menakuti junior junior di tim sepak bolanya. Entah bagaimana, tiba tiba aku tersenyum, dan aku membuka pintu itu tanpa rasa takut.

Memasuki ruangan pertama membuat rasa takutku menghilang. Ruangan tersebut hanyalah seperti rumah hantu biasa, walaupun masih terasa ada yang kurang. Di setiap sudut ruangan terdapat orang orangan sawah yang tidak menakutkan, yang biasa kau lihat di rumah hantu yang biasanya ada di perayaan SD. Hantu hantu dari kertas digantung di langit langit. Dan di samping orang orangan sawah di seberang ruangan, terdapat pintu lain. Sama seperti pintu yang sebelumnya, ada sebuah plat yang menempel, dan bertuliskan 2. Aku tertawa dan meninggalkan ruangan yang payah ini.

Ketika aku membuka pintu menuju ruangan ke 2, aku tidak bisa melihat apapun. Ruangan ini telah dipenuhi oleh kabut abuabu yang baunya seperti karet. Aku menebak bahwa disini ada semacam mesin kabut, dan dinyalakan berjam jam lamanya. Tidak ada jendela di ruangan ini, jadi ventilasinya pasti sangat lah buruk. Aku maju perlahan ke depan dan berteriak kecil. Aku menabrak sebuah robot besar, yang ternyata adalah Jason Vorhees. Matanya berkilauan merah dan pisau di tangannya bergerak naik turun seperti ingin menusuk. Jantungku berdegup sangat kencang, dan jika ada seseorang yang bersamaku, mungkin aku sudah merasa malu sekali. Aku menutup mulutku dan bergerak maju melewati robot Jason, kabutnya terasa sedikit lebih banyak dari sebelumnya, dan aku merasa pusing. Dan pada akhirnya aku menemukan pintu ke ruangan 3. Aku meletakkan tanganku di kenop pintu dan dengan cepat menariknya kembali, aku berteriak kesakitan. Kenopnya sangat lah panas, dan ketika aku meletakkan tanganku di pintunya sendiri, pintunya terasa hangat. Aku menyandarkan kepalaku dan kembali menguping, untuk mendengar apakah di ruangan berikutnya terdapat api unggun atau semacamnya, namun aku tidak mendengar apa apa. Aku berasumsi bahwa pintu itu memang hangat, seperti pintu keluar di wahana MrToads Wild Ride di Disneyland. Aku meraih ujung gaunku dan membungkus tanganku, dan seketika itu, aku memutar kenop pintu itu secepat yang aku bisa dan aku masuk ke ruangan 3. Tidak ada api unggun disini. Hanya kegelapan pekat dan disini, sangatlah dingin, rasanya tulangku seperti ditusuk tusuk. Ruangan 3 tidak seperti ruangan lain. Ruangan 3 sama sekali beda dengan ruangan lain..

Pada saat itu, aku menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Aku mencoba meraih sesuatu di ruangan ini, tapi bahkan aku tidak bisa melihat tanganku sendiri, aku memutar tubuhku, untuk meraih kenop pintu, namun, pintu itu tidak ada, aku berani sumpah bahwa aku tidak berjalan sama sekali dari tempatku tadi, yaitu di belakang pintu ruangan 3, namun, pintu itu sekarang menghilang entah kemana. Aku terjebak. Pada saat itu, sebuah lampu yang tergantung di langit langit menyala. Dan dibawahnya cahayanya, terdapat sebuah meja, dan di meja itu, terdapat sebuah senter. Walaupun aku tidak bisa melihat apapun, namun cahaya lampu itu sudah cukup untuk membuatku berjalan ke meja itu. dan ketika aku hendak meraih senter itu, aku melihat ada catatan kecil di gagangnya.. :

Untuk Maggie – dari Manajemen.

Ketika aku selesai membaca catatan itu, cahaya lampu diatasku tibatiba mati, dan aku kembali berada di kegelapan pekat. Aku memukul mukul senter ditanganku dan akhirnya senter itupun menyala. Dan pada saat itu, dari seluruh arah, aku mendegar dengungan mengelilingiku. Jantungku kembali berdetak keras dan aku mulai berputar putar di tempat sambil membiarkan cahaya dari senter ini menyinari sekelilingku. Tak ada apapun diruangan ini, namun setelah beberapa saat aku melihat sesuatu. Ini mungkin hanya imajinasiku namun aku melihat sesosok bayangan melintas di depanku ketika aku menyinari suatu tempat, dan itu tidak hanya terjadi sekali, aku selalu melihat sosok di tempat dimana aku menyinari semua tepat. Aku mulai panik. Aku mundur ke belakang melewati meja tadi, dan tak tahu aku sekarang mundur mengarah kemana. Dengungan itu semakin keras, dan kemudian aku mulai merasakan keberadaan sosok yang tadi menghindari cahaya senterku. Aku merasakannya semakin mendekat. Mataku mulai berkaca kaca dan aku hendak menangis, namun akhirnya aku melihatnya. Sebuah pintu bertuliskan 4 di depannya, tapi kali ini bukan plat emas, melainkan tulisan yang ditulis tangan. Aku berlari. Aku berlari sekuat yang aku bisa. Aku bisa merasakan sesuatu di belakangku. Dengungan itu semakin mengeras dan aku bisa merasakan nafas berat di tengkukku. Aku berlari sprint, dan hanya beberapa kaki lagi untuk mencapai pintu nomor 4. Dalam satu gerakan, aku memutar kenop pintu dan menutup pintu itu dengan cepat. Aku kini berada di ruangan 4.

Aku berada diluar, aku tidak lagi berada di rumah itu lagi. Yang menungguku setelah aku membuka pintu ruangan 4 adalah gua, atau apapun itu yang terlihat seperti gua. Aku melihat kebawah, dan aku menyadari sesuatu yang janggal. Tanah tempatku berpijak sekarang bukanlah batu ataupun rumput, melainkan lantai kayu yang sama diruangan ruangan sebelumnya. Ruangan ini merupakan ruangan 4. Entah bagaimana, aku masih berada dirumah laknat itu. disini, di batu yang mengelilingiku ada beberapa tempat untuk obor, dan ujung dari gua ini tak terlihat, yang ada hanya kegelapan. Obornya terlihat bisa diambil, jadi aku mengambilnya satu. Badanku diselimuti oleh keringat, dan dengan perlahan, aku berjalan ke dalam gua itu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar