Dengungan
itu sekarang sudah pergi, mudah-mudahan tidak kembali lagi. Tidak ada
suara lain yang aku temui di gua itu, hanya ada suara angin yang masuk,
itupun hanya sedikit. Gua ini tampaknya sangat panjang, dan aku merasa
berjalan selama beberapa jam, sampai aku melihat sebuah cahaya biru yang
terlihat samar-samar . Aku berjalan ke arah cahaya itu dengan
berhati-hati. Cahaya berarti ujung dari terowongan. Aku mulai berjalan
sedikit lebih cepat, aku selalu benci dengan ruangan-ruangan yang sempit
seperti gua-gua atau terowongan. Pintu keluar dari gua ini tinggal
beberapa saat, hanya tinggal beberapa kaki, dan sebelum aku mengetahui
itu, aku berpikir ini adalah akhir dari semua ini. Dan saat itulah aku
berada disana. Akhir dari semua ini. Di pintu keluar gua, aku hanya
melihat jurang, ini adalah jalan buntu, dan tidak ada jalan lain untuk
pergi. Aku melihat kembali ke dalam gua di belakangku. Aku tahu tidak
ada yang berubah, ini adalah terowongan lurus. Aku berbalik dan melihat
ke bawah ke tepian jurang. Apa yang kulihat mengubah perutku menjadi
lebih buruk dari sebelumnya. Apa yang kulihat adalah laut, hamparan air
membentang, tidak ada apapun yang terlihat kecuali air. Ketinggian
jurang ini pasti sekitar seratus meter, dan dibawahnya aku lihat formasi
batu kecil di bagian bawahnya. Setelah beberapa detik memperhatikan
bebatuan itu, perutku terasa lebih buruk daripada apa yang kubayangkan,
dan keringat dingin mengucur deras dari tubuhku. Batu-batu itu membentuk
nomor. Batuan itu membentuk nomor '5 '.
Aku berdiri dan mundur
dari tepian. Aku benci ketinggian. Aku dihentikan oleh dinding yang
tidak seharusnya ada. Aku berbalik dan bertemu dengan pemandangan yang
mengerikan. Gua yang tadi kulewati sekarang sudah lenyap. Aku sekarang
berhadapan dengan dinding batu yang berdiri kokoh, sisi gunung apa ini?.
Aku terus mengatakan pada diriku bahwa aku masih di dalam rumah NoEnd
ini. Aku belum keluar dari rumah itu. Jelas ini bukan gunung yang
sebenarnya. Tapi rasanya begitu nyata. Aku berbalik dan melihat ke
jurang itu lagi. Tidak ada jalan. Rumah ini terlihat semakin kacau
sebelum sekarang. Demi Tuhan aku sudah berada diluar. Namun, apa yang
dikehendaki rumah ini sudah keterlaluan. Itu adalah pintu masuk ke kamar
5. Tidak ada tangga menuju untuk menuju ke bawah, tidak ada jalan untuk
menuju ke bawah. Aku terjebak, lagi. Rumah ini ingin aku melompat.
Rumah ini ingin aku melompat . Aku menenggelamkan diri ke tanah dan
meringkuk seperti bola. Aku tidak bisa melakukannya. Bagaimana mungkin
aku melompat dari jurang ini sementara dibawahnya ada formasi batu-batu
runcing. Pikiranku terbelah dua. Aku tahu bahwa aku masih berada di
dalam rumah ini, tapi lingkungan yang kulihat mengatakan yang
sebaliknya. Aku tinggal di sana di tanah dari kayu untuk sementara
waktu, pada saat itu aku telah kehilangan semua konsep waktu. Setelah
terasa sudah seminggu, aku akhirnya berdiri.
Perlahan-lahan
aku berjalan ke tepi tebing dan melihat ke bawah. Raksasa '5’ ini
tampaknya mengejekku untuk melompat. Dia tau aku tidak bisa melakukannya
dan dia mengejekku. Dan kemudian terdengar dengungan itu kembali ,
dengungannya terdengar rendah dan jauh. Sepertinya datang dari
belakangku, beresonansi dari dalam gunung. Aku tidak tahu apa yang
merasukiku, tapi setelah mendengar suara itu, sesuatu dalam diriku
menyala. Aku menutup mataku, dan aku melompat.
Angin terasa sangat
kencang saat aku jatuh, dan ketakutan mendalam melandaku. Aku akan mati.
Aku akan hancur saat menyentuh batu-batuan itu dan mati. Batu-batuan
itu akan merobek badanku dan kemudian aku mati. Aku tidak berani membuka
mataku, aku hanya jatuh. walaupun angin yang kencang ini berhembus
kencang menusuk tulangku, dengungan itu malah semakin berngiang-ngiang
di telingaku, semakin keras, dan semakin keras, hingga aku hampir tuli
karenanya. aku hanya ingin ini semua cepat berakhir. Aku hanya ingin
menghantam batu itu dan aku hanya ingin ini berakhir...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar