Selasa, 27 September 2016

NoEnd House a.k.a Rumah Tanpa Ujung : Part 3 Final (Creepypasta)

Aku terjatuh ke tanah setelah aku membuka pintu ruangan 7, aku terjatuh karena tubuhku sudah lelah dan lemah. Pintu dibelakangku tertutup dan aku menyadari dimana aku sekarang berada. Diluar. Tidak diluar seperti di ruangan 5, tapi aku sungguhan diluar sekarang. Mataku sakit karena menahan air mata. Aku ingin berdiri, tapi aku terjatuh, aku mencoba lagi, namun tak bisa
. Tapi tak apalah, paling tidak aku sudah keluar dari rumah neraka itu. Aku bahkan tak peduli lagi dengan hadiah $5000 itu. Aku berbalik untuk melihat pintu tempatku masuk tadi dan melihat pintu depan NoEnd House, aku sungguh senang saat itu. Aku mencoba untuk berdiri lagi, dan sekarang berhasil. Aku pun berjalan menuju mobilku dan pulang ke rumah, berpikir betapa nikmatnya jika aku mandi nanti.

Ketika aku sampai di depan rumahku, aku merasa tak enak lagi. Rasa senang setelah keluar dari rumah terkutuk tadi telah hilang, dan sekarang rasa takut kembali menyelimutiku. Tapi aku tidak menghiraukannya dan berjalan ke pintu depan. Aku masuk dan langsung masuk kamarku, disana aku melihat kucingku Baskerville, saat aku mencoba mengelusnya dia langsung kaget dan mencakar wajahku, padahal dia belum pernah bertingakh laku seperti itu, tapi aku tidak memperdulikannya karena mungkin saja dia hanya lapar, kemudian aku langsung mandi.

Setelah aku mandi, aku pergi ke dapur untuk membuat sesuatu untuk dimakan. Aku menuruni tangga, dan dengan iseng menoleh ke ruang tamu; apa yang kulihat tidak akan pernah kulupakan, untuk selamanya. Orang tuaku tergeletak di lantai, telanjang dan berlumuran darah. Mereka dimutilasi, bahkan aku hampir tidak mengenali mereka. Tangan dan kaki mereka dipotong dan diletakkan di samping mereka, kepala mereka dipotong dan diletakkan diatas dada mereka, menghadap kearahku, ya kearahku. Hal yang paling mengerikan adalah ekspresi mereka. Mereka tersenyum, seolah mereka senang bisa bertemu denganku. Aku seketika langung muntah, dan berjalan ke arah ruang tamu, aku menangis. Aku tidak atau apa yang terjadi; tapi aku sudah bertahun tahun tak bertemu mereka, dan ketika aku bertemu mereka, mereka dalam keadaan seperti – tunggu, aku melihat ada pintu di ruang tamu yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Sebuah pintu, yang bertuliskan angka 8 di kayunya, sepertinya tulisan itu ditulis menggunakan darah.

Aku masih berada di rumah terkutuk itu. Aku berdiri di ruang tamu rumahku tapi aku berada di ruangan 7. Senyum orang tuaku bertambah lebar ketika aku menyadari hal ini. Mereka bukan orang tuaku; pasti bukan, tapi mereka terlihat sama seperti orang tuaku. Pintu yang bertanda nomor 8 itu berada di seberangku, dibelakang tubuh yang termutilasi di depan ku. Aku tau aku harus maju, tapi aku menyerah saat itu. Wajah yang tersenyum itu merobek pikiranku; mereka membuatku terpaku. Aku kembali muntah dan hampir pingsan. Kemudian, dengungan itu kembali datang. Kali ini dengan suara yang lebih keras dan memenuhi seluruh rumahku dan menggetarkan dinding. Dengungan itu membuatku berjalan kedepan.

Aku mulai berjalan perlahan, membuatku semakin dekat dengan mayat itu. Aku hampir tidak bisa berdiri, Dinding dirumahku bergetar dengan keras sehingga aku langsung lari menuju pintu, dan semakin dekat aku ke wajah itu, semakin lebar senyum mereka. Mata mereka juga mengikutiku. Serta tangan mereka yang terpotong mengejarku. Terror yang baru menyelimutiku, dan aku kembali berlari. Dengan putus asa, aku melompat ke pintu, membukanya dan menutupnya dengan keras dengan punggungku. Ruangan 8.

Aku telah tamat. Setelah apa yang barusan aku alami, aku tau bahwa tidak akan ada lagi yang bisa dilakukan rumah terkutuk ini kepadaku. Sayangnya, aku terlalu meremehkan rumah neraka ini. Sayangnya, hal akan bertambah menjadi lebih menganggu, mengerikan, dan tak bisa diungkapkan dengan kata kata diruangan 8.

Aku masih tidak percaya apa yang ada di ruangan 8. Lagi, ruangan ini adalah ruangan yang sama dengan ruangan 3 dan 6. Tapi ada orang yang duduk di kursi yang biasanya kosong. Setelah beberapa detik rasa tidak percaya, pikiranku akhirnya menerima fakta bahwa orang yang duduk di kursi itu adalah, AKU. Bukan seseorang yang mirip denganku; orang itu adalah David Williams. Aku mendekatinya perlahan, untuk meyakinkanku apakah orang itu sungguh aku. Ketika aku mendekat, dia mendongakkan kepalanya dan aku melihat ada air mata di pipinya.

“tolong.. tolong.. tolong jangan sakiti aku..”

“apa?” tanyaku. “siapa kamu? Aku tidak akan menyakitimu.”

“kamu akan menyakiti aku..” dia mulai menangis sekarang. “kau akan melukaiku, dan aku tak mau kau melakukannya.” Dia duduk dikursi dan mulai bergerak maju mundur. Sebenarnya itu merupakan sikap paling tidak berguna, terutama, dia adalah aku sendiri.

“dengarkan aku, siapa kamu?” aku sekarang berdiri hanya beberapa meter dari kembaranku ini. Itu merupakan pengalaman paling aneh, berdiri disitu dan bicara pada diriku sendiri. Aku tidak takut, tapi aku akan, segera. “kenapa kamu-“

“kau akan menyakitiku, kau akan menyakitiku jika kau pergi, kau akan menyakitiku.”

“kenapa kau ini? Tenanglah, okay? Mari kita berpikir tentang hal ini-“kemudian aku melihatnya. David yang duduk saat ini berpakaian sama sepertiku, kecuali satu hal, ada angka nomor 9 di dadanya.

Aku tak bisa memalingkan mataku dari nomor itu. Aku tau pasti itu nomor apa. Pintu pertama di rumah terkutuk ini hanyalah pintu biasa yang bertuliskan angka. Namun ketika semakin dalam, tulisan di pintu itu berubah, nomor 7 merupakan cakaranku. Nomor 8 merupakan darah orang tuaku. Dan nomor 9 – nomor ini ada di manusia, yang hidup. Dan manusia ini mirip sekali denganku.

Seketika itu juga aku mencari, mencari dan mencari di ruangan 8. Aku mencari dibawah sebuah meja, dan sayangnya aku menemukan pisau, yang bertuliskan; – Untuk David, dari Manajemen NoEnd House – ;saat aku menemukan pisau itu, diriku yang lain terdiam, dan seketika langsung berdiri dan menatapku dengan tatapan tajam.

“david.” dia bicara dengan suaraku “menurutmu apa yang akan kau lakukan?”

Aku langsung berdiri dan mengenggam pisau ini dengan erat erat.

“aku akan pergi dari sini.”

Diriku yang lain menyeringai, dengan seringai yang paling mengerikan yang pernah aku lihat. Aku tak tahu apakah dia akan mencoba untuk tertawa atau menyekikku. “sekarang..” suaranya lebih berat dari sebelumnya. “aku akan menyakitimu, aku akan menyakitimu dan kau akan disini bersamaku.” Aku tidak merespon, tapi aku langsung melompat dan men-tacklenya, dia jatuh. Aku langsung menaikinya dan langsung mengangkat pisauku dan menghujamkannya ke diriku yang lain. Dia melihat kearahku, ketakutan. Aku seperti melihat pantulanku di cermin. Kemudian dengungan itu kembali, kali ini suaranya lirih tapi kemudian menjadi keras dan semakin keras. Aku langsung mengerahkan seluruh tenagaku di tanganku dan menghujamkan pisaunya ke diriku yang lain, dadanya terbelah dan kemudian Kegelapan menyelimuti ruangan 8 dan aku terjatuh.

Kegelapan disekitarku tidak seperti apa yang kurasakan di ruangan 4. Ruangan 4 memang gelap, tapi kali ini, diruangan ini, kegelapan menelanku sepenuhnya. Aku bahkan tidak merasa aku telah jatuh. Badanku sungguh ringan, diselimuti kegelapan. Aku tidak bisa merakan tubuhku, tubuhku mati rasa. Kemudian rasa sedih yang mendalam mendatangiku. Aku merasa tersesat, depresi, dan rasanya ingin bunuh diri. Aku membayangkan orang tuaku di pikiranku. Aku tau tadi itu tidaklah nyata. Tapi saat ini aku tidak bisa membedakan yang nyata maupun tidak. Kesedihan ini semakin mendalam. Aku berada diruangan 9 hampir seharian. Ruangan terakhir. Dan sangat tepat, ruangan 9 : akhir. Dan aku menyadari, NoEnd House telah berakhir, dan aku telah mencapai ruangan terakhir. Pada saat itu, aku menyerah. Aku berpikir mungkin aku akan berada disini selamanya, diselimuti kegelapan abadi.

Aku telah kehilangan akal sehat, aku tak bisa merasakan tubuhku, aku tak bisa mendengar apapun, aku tak bisa melihat apapun, aku bahkan tak bisa merasakan rasa ludahku. Aku merasa tersesat. Aku tahu dimana aku sekarang berada. Ini adalah neraka. Ruangan 9 adalah neraka. Kemudian, dari kejauhan, terlihat ada sebuah cahaya, dan aku merasa ada tanah dibawahku, dan aku sekarang dalam posisi berdiri. Setelah beberapa saat mengumpulkan pikiran dan akal sehatku, aku perlahan berjalan menuju cahaya itu.

Ketika aku mendekati cahaya itu, itu membentuk benda. Ya, itu adalah pintu. Aku perlahan berjalan melewati pintu tak bertanda itu dan aku menyadari aku berada di lobi NoEnd House, dimana semuanya dimulai. Dan ini masih seperti apa yang kulihat waktu pertama kali kesini, masih lah kosong, masih penuh dengan dekorasi Halloween. Setelah beberapa saat menenangkan diri, aku mencari sekitar lobi untuk melihat apakah ada yang berbeda, di meja resepsionis, terdapat amplop yang bertuliskan namaku. Dengan rasa ingin tahu yang kuat, tapi dengan kehati hatian, aku mengumpulkan keberanianku dan membuka amplop itu.

Didalam terdapat surat, dan ditulis tangan.

“David Williams,

Selamat! Kau berhasil mencapai akhir dari NoEnd House! Tolong terima hadiah ini sebagai penghargaan dari kami!.

Selamanya milikmu,
Management NoEnd House. “

Dengan surat itu, aku juga mendapat 5 uang kertas $1000.

Aku tak bisa berhenti tertawa, aku tertawa hingga berjam-jam lamanya. Aku tertawa ketika aku berjalan menuju mobilku, ketika di jalan, ketika sampai rumah. Dan aku masih tertawa ketika aku membuka pintu rumahku, dan aku tertawa ketika melihat angka 10 di pintu rumahku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar