Minggu, 31 Juli 2016

Di Dalam Gang (Creepypasta)







Mungkin kau akan bertanya-tanya tentang sebuah gang sempit di kawasan Auriford yang lengang dan gelap. Sebuah gang yang menurut penduduk sekitar terkenal angker. Konon, orang yang memasuki gang tersebut tidak akan pernah kembali lagi.
Malam itu, Grace, Aidan dan Kay pergi ke tempat tersebut. Mereka berdiri di mulut gang, masih sambil berdebat.

"Kau yakin akan melakukannya?" tanya Grace, suaranya parau.
Kay terkekeh. "Ayolah, kenapa kau jadi penakut begini?" Ia menyenggol Aidan dan mereka berdua terkekeh senang.
Grace masih ragu. Biar bagaimanapun, resiko yang diambil terlalu berat. Yang ia tahu belum ada satu cerita pun yang mengatakan bahwa ada orang yang selamat setelah memasuki gang tersebut.
"Ayolah," bujuk Aidan, "pasti akan seru."
Grace masih bergeming ketika kedua sahabatnya itu menariknya memasuki gang. Gang itu sempit, dengan lebar 1,5 meter, dan juga sangat gelap. Satu-satunya cahaya hanya berasal dari mulut gang yang semakin jauh di belakang mereka.
Kay mengeluarkan senter dari saku jaketnya dan memimpin di depan. Sementara Grace, masih dalam keraguan, berjalan di belakang Kay.
"Tempat ini keren sekali," ujar Kay.
Grace menatap tembok yang diterangi kay. Di tembok itu, terdapat banyak ukiran-ukiran aneh yang membuat bulu kuduk Grace meremang. Ukiran-ukiran mengenai sosok-sosok kurus manusia, dengan mata kelaparan dan liur menetes-netes dari mulutnya.
"Sebaiknya kita keluar dari sini," usul Grace, kini ketakutan telah sepenuhnya menguasainya.
"Ayolah, jangan bodoh." Aidan mendorong Grace untuk terus maju.
Gang itu sunyi, kepekatan gelapnya serasa mencekik Grace. Aidan dan Kay masih saja tertawa-tawa ketika terdengar suara aneh. Mereka bertiga terdiam serempak, mendengarkan. Namun tak terdengar apapun setelahnya.
"Ayolah, kita keluar saja," rengek Grace, kali ini dia tidak mau diam. Ketakutan yang sama juga dirasakan Aidan dan Kay ketika mereka mendengar suara aneh itu untuk kedua kalinya. Suara itu seperti raungan tertahan yang seperti membungkus mereka. Semakin lama semakin jelas.
"Baiklah, ayo kita keluar," kata Kay, suaranya bergetar.
Dengan langkah tergesa-gesa mereka berbalik arah dan berjalan secepat yang mereka bisa. Namun sejauh apapun mereka melangkah, rasanya gang tersebut tiada akhir. Ujung gang seperti ditelan oleh kegelapan, mengunci mereka bertiga dalam kehampaan tak berujung.
"Bagaimana ini?" Aidan mulai panik, dan ia setengah berlari. Kay dan Grace menyusul di belakang.
"Sepertinya gang ini tak membiarkan kita pergi," Grace berargumen.
Mereka terus berjalan menyusuri gang, namun sejauh apapun mereka melangkah, tak ditemukan titik ternag mengenai keberadaan mulut gang.
Dan anehnya, semakin jauh mereka berjalan, gang itu terasa semakin sempit. Bahkan mereka harus berbaris untuk bisa melewatinya.
"Apakah kita menuju arah yang benar?" tanya Kay, dengan susah payah menjejalkan tubuhnya maju. Gang itu kini hanya muat untuk dilewati satu orang, dan semakin lama semakin sempit.
Mereka tidak bisa maju lagi karena kedua tembok gang kini menjepit tubuh mereka.
"Aku... tidak... bisa... bernapas," ujar Aidan terbata. Kay dan Grace mengerang setuju.
gang itu semakin sempit dan mulai menghimpit ketiganya. Namun anehnya, gang itu lebih seperti menelan mereka daripada menghancurkan. Grace merasakan ada tangan-tangan kurus yang mencoba menariknya. Tangan-tangan itu berasal dari dalam tembok yang menghimpit mereka.
"A-apa ini!" Ia memekik, dan hal yang sama juga dialami Kay dan Aidan.
Tembok semakin menyempit dan tangan-tangan kurus terus menarik-narik mereka. Grace bisa merasakan bahwa ia ditarik masuk ke dalam tembok. Ia meronta, menjerit, tetapi tangan-tangan kurus itu lebih kuat daripada dugaannya.
Ketika ia menoleh ke samping, ia melihat Kay dan Aidan sepenuhnya telah masuk ke dalam tembok di depannya. Wajah mereka histeris, dengan tangan-tangan kurus yang memegang tubuh mereka.
Grace terus menjerit dan meronta, namun sia-sia. Tangan-tangan kurus tersebut menariknya masuk lebih dalam, hingga akhirnya ia masuk ke dalam tembok sepenuhnya. Tubuhnya kaku, dengan tangan-tangan kurus yang masih memegangnya. Pemandangan satu-satunya yang dapat dilihatnya hanyalah gang yang kembali ke ukuran semula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar