Selasa, 26 Juli 2016
Hadiah untuk si Muka Sedih (Creepypasta)
Topi aneh, rambut keriting, mata bulat, hidung merah, wajah putih, seringai menyeramkan dan menggunakan setelan unik. Kebanyakan badut seperti itu.
Aku sangat membenci badut, senyuman mereka, lelucon mereka bahkan pelukan mereka. Bagaimana bisa kau menjaga dirimu untuk terus tersenyum sepanjang hari? Aku benci orang yang berpura-pura.
.
Suatu hari aku tengah berjalan mengelilingi taman untuk sekedar mencari udara segar dan menghilangkan penat akibat rutinitasku. Sialnya aku, lagi-lagi aku harus bertemu dengan makhluk yang sering disebut 'badut' itu.
Badut itu berdiri dihadapanku, ia tetap dengan senyuman lebarnya sembari membagikan balon warna-warni dan berkata "Ayo, siapa lagi yang mau balon gratis?". Anak-anak di taman mulai mengerubunginya layaknya semut yang menemukan glukosa. "Cih! Abaikan saja Siren", aku bergumam.
Aku meneruskan langkahku dan berusaha mengabaikan keberadaan badut itu, namun sebuah tangan menggapai lengan kaosku. Aku menoleh dan menatap kesal, ku hempaskan lengan itu dari kaosku dan merapihkannya. "Maaf nona, pagi ini cerah ya? Mau satu?" tangan dengan balutan kain polkadot mulai menyodorkan sebuah balon biru padaku. Aku hanya menatapnya dan berangsur pergi.
.
Aku merebahkan diriku pada kursi taman dan mulai mengambil nafas panjang, "Ah, begini lebih baik" ujarku dalam hati. Aku mulai menikmati sisa waktu liburanku dengan merileksasikan diriku hingga pandanganku tertuju pada sesuatu di bawah pepohonan pinus taman.
Aku berusaha menangkap dengan jelas sosok itu, sosok dengan baju keabu-abuan, hidung bulat merah tapi tanpa senyuman. Ia menunjukan wajah penuh kesedihan.
Awalnya aku ingin mengabaikannya namun sungguh wajah menyedihkan itu menggangguku sehingga ku putuskan untuk menghampirinya. "Hei bodoh, bukankah seorang badut seharusnya menebarkan senyuman? sekalipun itu senyum palsu?" ucapku. Badut itu hanya menoleh sedikit kemudian menundukan wajahnya.
Entah kenapa aku merasa kasihan dengannya, "Kau tau, aku benci badut, tapi aku lebih benci badut yang bersedih" aku pun duduk di sebelahnya. "Semua orang membenciku sekalipun aku tersenyum" ucapnya lirih.
Aku semakin memandangi wajah muram itu, perlahan terlihat matanya berkaca dan ia pun mengeluarkan sapu tangan lusuh dengan ukiran 'Lee' di salah satu sudutnya.
"Jadi Lee, apa yang membuatmu berpikir seperti itu? karna sebenarnya aku pun selalu dibenci terutama oleh anak-anak dan orang tua mereka". Badut itu mulai mengangkat wajahnya dan berbalik menatapku. "Apa kau juga seorang badut? Apa kau juga tidak pandai membuat lelucon? Apa leluconmu membuat anak-anak pergi? tanyanya.
"Badut? Tidak, sudah ku bilang aku benci badut bukan? Jadi mana mungkin. Pekerjaanku memang berkaitan dengan anak kecil tapi aku bukan badut, jadi apa masalahmu hanya karna mereka tak ingjn menontonmu?" aku kembali melirik Lee. Ia kembali menundukan wajahnya.
Aku mengorek-ngorek isi ranselku dan mengambil secarik kertas dengan sebuah pena, "Ini, datanglah besok, mulai saat ini kita berteman" aku menjabat tangan Lee dan berjalan meninggalkannya. "Hei, siapa namamu?" teriaknya. Aku terus berjalan tanpa menjawabnya.
.
Biip...biip...biip
"Hallo?"
"Siren semua sudah beres, tolong persiapkan tempat untuk transaksi"
"Baiklah paman, semua sudah ku urus".
.
Pagi ini aku memulai kembali rutinitasku, seperti kebanyakan orang, aku mempersiapkan diri untuk kembali bekerja.
Ting...nong...
.Cklek.
"Siapa?" Aku mengeryitkan dahiku kepada seorang pria yang berdiri diambang pintu rumahku. Pria itu terlihat muram dengan rambut panjang hitamnya dan mata yang menunjukan ketidakpercayaandiri. "Apa kita pernah bertemu?" tanyakau. Ia langsung menyodorkan secarik kertas.
"Badut sedih? Kau sangat berbeda tanpa riasan itu". Aku menyuruh Lee untuk menunggu sebentar. Aku mengambil kunci mobilku dan mengajaknya pergi bersama.
Sepanjang perjalan Lee hanya berdiam sembari terua menundukan wajahnya, wajah muram itu sungguh aku sangat ingin menghilangkannya. Aku terus melajukan mobilku hingga meninggalkan perkotaan dan menuju perhutanan.
Lee mulai merasa aneh dan diam-diam melirik ke arahku, namun aku mengabaikannya dan terus mengemudikan mobilku menuju tempat yang sudah kusiapkan.
.
"Turunlah sobat, kita sudah sampai"
Lee menatap sekitarnya, ia masih tak mau berbicara bahkan aku harus memaksanya turun dari mobil dan menariknya masuk ke dalam gudang pabrik kapas yang sudah terbengkalai ini. "Ini kenakanlah, cepat".
Lee berjalan menuju sebuah ruangan sembari membawa koper yang kuberikan, dan ia pun kembali setelah beberapa menit berlalu.
"Siren, siapa dia?" ucap paman Mike. "Rekanku, bisa kita mulai sekarang paman? Karna 3 jam lagi pelanggan akan sampai disini".
Paman Mike mengangguk dan mengantarku dengan Lee menuju sebuah ruangan dengan banyak sel. Lee mulai kehilangan ekspresi muramnya, matanya mulai melebar seakan takjub dengan apa yang dilihatnya.
"Disana sobat, aku sudah mempersiapkannya untukmu" Aku menunjuk sebuah sel besar di ujubg koridor dan mengajak Lee kesana. Lee mengikutiku dengan langkahnya yang berdecit. "Silahkan, mulailah" Aku tersenyum. Lee menatap tidak percaya dengan apa yang berada di hadapannya, puluhan anak duduk dengan rapih menatapnya.
Lee mulai memainkan trik-trik sulapnya dan membuat lelucon, aku rasa Lee memang tak berbakat menjadi badut karna apa yang dilakukannya sungguh payah, bahkan anak-anak tetap pada ekspresi ketakutan dan menahan tangis.
Lee mulai kehabisan ide dan kembali memunculkan wajah muramnya, aku merasa geram dengan keadaan jni dan memutuskan untuk mengambil tindakan, aku mengeluarkan pisau dari balik jaketku dan mulai mendekati barisan anak-anak itu. Aku pun berbisik "Hei, jika kalian tidak bisa membuat badut di depan sana tersenyum, aku pastikan kalian akan kujual terpisah dengan ginjal kalian". Ekspresi anak-anak itu mulai berubah dan perlahan mereka mulai tertawa dan bersorak "Ayo paman badut lanjutkan".
Aku melangkah mendekati Lee yang kini tengah terpukau menatap anak-anak yang bersorak itu, "Nikmatilah Lee, aku pergi dulu".
.
Biip...biip...biip.
"Hallo Mr.Jason? Jadi 5 perempuan dan 3 laki-laki? Baiklah setengah jam lagi mereka akan ku siapkan".
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar