Mahasiswa zaman sekarang, biasanya jarang sekali mengunjungi perpustakaan. Termasuk aku ini. Yeah, kalau bukan karena dosen gila itu, kelihatannya membuat makalah tak akan seribet ini deh. Tinggal copas-copas saja dari internet, selesai sudah.
Ah, sudahlah. Toh sekarang aku sudah berada di perpustakaan kota. Sekali-kali menikmati suasana perpus tua yang sepi ini, tak apalah.
Saking nikmatinya, tak terasa sudah jam 20.30. Perpus akan tutup setengah jam lagi dan aku belum menemukan apa yang kucari. Kutipan pidato awal kepemimpinan presiden Putin untuk melengkapi makalahku, belum ketemu sejak 2 jam lalu. Bagus, bisa mati aku besok.
Padahal, buku-buku tentang sejarah Rusia hanya ada di satu rak. Dibelakangnya ada lorong panjang kosong tempat buku-buku sejarah negara lain tergeletak. Yang menyebalkan adalah, buku-buku mengenai presiden, semuanya ada di rak paling atas. Sial, aku harus menggunakan tangga kecil untuk mencapainya.
Hanya ada satu tangga kecil di setiap lorong. Untungnya di lorong buku sejarah negara ini, hanya ada aku sendirian. Mudah saja tangga kecil ini ku kuasai.
Eh iya, ngomong-ngomong, ternyata di ruangan ini hanya tinggal beberapa orang yang tersisa. Aku, cewek dengan seragam sekolah kesehatan dan mas-mas muda yang kelihatannya sudah S2. Ditemani suara horor dari kipas angin putar yang kadang menggemeretak keras. “Trak.. trak.. tratatatatak..,” Selanjutnya, kembali sepi senyap.
Ah, akhirnya selesai juga. Aku kira akan ada kejadian aneh di perpustakaan yang katanya angker ini. Hanya saja, waktu mengembalikan buku-buku sejarah presiden di rak.......... Shit!!
Muncul wajah seorang nenek-nenek tua dari balik rak buku. Dengan senyum ramah dan mata yang hanya kelihatan segaris. Sial, hampir mati kaget aku dibuatnya!
Dengan canggung aku-pun menundukan kepala tanda hormat, dia masih tersenyum. Kelihatannya dia sedang mengembalikan buku-buku yang berserakan di lantai.
Kemudian ada mas-mas di loket peminjaman yang masih bekerja sendirian sampai malam begini. Hebat sekali dia, batinku.
“Malem bener mas?,” katanya ramah.
“Iya, tugas kuliah buat besok mas. Hehe,” jawabku enteng.
“Oh, nggapapa mas. Kami malah seneng kok kalo ada yang belajar sampai malam begini,” ujarnya.
Kami? Oh, kukira petugas lain sudah pulang duluan, batinku lirih.
Alhasil, akupun meninggalkan perpus dengan tenang. Bukunya ketemu, selesailah tugasku besok. Tapi yang membuatku merinding, kenapa setelah aku keluar dengan motorku, semua lampu perpus langsung mati??
Ceklek.. ceklek.. ceklek!!!
Dari jalan raya, akupun hanya bisa bergumam, “Kayaknya aku orang terakhir yang keluar ya?,”
Jawaban:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar