Sejak kecil aku selalu bersama ibuku. Ayahku? Entahlah dimana. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah menengah pertama.
Aku membenci Ibuku karena beliau mempercayakan Evelyn, Grace, dan Lauren menjadi teman terbaikku. Cih! Baik dari mana? Mereka hanya menemaniku saat mereka membutuhkanku, kadang juga mereka mengolok-olokku karena aku tidak mempunyai ayah. Aku sudah berulang-ulang kali memberitahu kebusukan Evelyn, Grace, dan Lauren kepada ibuku. Entah angin dari mana ibuku sama sekali tidak mempercayaiku.
Sepertinya mulai besok akan berbeda.
Hari ini setelah pulang sekolah aku bertemu dengan seorang paman. Paman itu tidak mau memberi tahukan namanya. Badannya tegap dan tinggi, ia memakai baju safari yang sangat lusuh dan topi, lalu ia juga menggendong kucing rumahan berbulu putih. Kucing itu mirip Delly. Delly adalah kucingku.
Senyum paman itu sangat menenangkan jiwaku. Tetapi, sayangnya wajahnya sedikit pucat dan ada goresan-goresan luka disertai cairan kental dan pekat. Ia memberikanku permen kapas. Aku sangat suka permen kapas. Ia menggandeng tanganku, tangan paman itu sangat dingin, padahal ini kan sedang musim panas, toh siapa yang peduli?
Paman itu mengantarku pulang sampai rumah. Ia berkata kepadaku bahwa Evelyn, Grace, dan Lauren tidak akan mengolok-olokku lagi. Aku merasa tenang.
Lalu, aku menceritakan kejadian aku bertemu dengan seorang paman berhati baik kepada ibuku. Ibuku tiba-tiba menjadi muram dan ia akhirnya menangis sambil memelukku erat.
“Ibu, kenapa menangis?”
“Akhirnya ia menemuimu, Nak”
jawaban:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar