Rabu, 27 Juli 2016

I Need You, Ma...!! (Creepypasta)


Ma ..., setiap malam aku merindukan sosokmu. Meski kini semakin samar wajahmu meraba mimpi di malam-malamku. Aku takut, Ma ... kelak tak lagi samar melainkan pudar!

Ma ..., mimpi itu begitu indah. Mama memeluk--membelai--mengecupku, erat dalam dekapmu terasa nyata kehangatan itu. Tahukah, aku sendiri di sini, tanpa arti. 


Meski dulu Mama sering menyakitiku, aku tak pernah membencimu. Mama masih ingat, terakhir kali perlakuan yang Mama lakukan padaku? Saat itu, kau menghukumku hanya karena aku mengambil sepotong kue yang masih hangat--baru selesai kau panggang. Aku hanya ingin mencicipi, dan kau menyebutku sebagai maling. Salahkah aku, Ma ... jika ingin merasakan nikmat makanan yang terbuat dari tanganmu? Dengan kasar kau meraih sisa kue yang hendak kumasukkan ke dalam mulut. Mama menarikku dan memasukkanku ke dalam kamar mandi, menelanjangiku, membasahi tubuhku, kemudian meninggalkanku sendiri di dalam dengan keadaan pintu terkunci dari luar. Enam jam mama mengurungku, tubuhku menggigil, bibir, jari-jariku, semua membiru.

Mama membuka pintu kamar mandi, aku mengira kau akan memelukku. Ma ..., kenapa kau hanya menatapku? Saat itu, hatiku sakit, Ma.

Well, bukan berarti aku membenci Mama karena perlakuanmu yang semakin hari semakin menyakitiku. Aku tetap memiliki keyakinan, Mama pasti berubah, Mama kelak akan menyayangiku.

Ma ..., meski kau tak mengacuhkanku, kau selalu mengisi mimpiku.

Tapi ... ada yang aneh, seperti tadi kukatakan, mimpi itu semakin lama semakin mengaburkan sosokmu. Aku tak ingin jika tak bisa lagi melihat wajahmu, aku ingin menatap wajahmu yang selalu menyeringai saat melihatku terluka, tersenyum saat aku tersiksa.

Ah, Mama masih ingat?

Saat itu aku mendapatkan nilai buruk di sekolah. Dengan perasan takut aku menyampaikan kepadamu. Lagi-lagi Mama memakiku, menyeret tubuhku dengan bertumpu pada genggaman di rambutku. Sekali lagi Mama memasukkanku ke dalam kanar mandi. Aku berpikir, pastilah akan mendapat hukuman yang sama seperti sebelumnya. But i was wrong! Ini lebih menakutkan!

Ma ..., hari itu aku paham betapa diriku tak lebih berarti dari sebuah kotoran. Kau memasukkan kepalaku ke dalam kloset--menginjak--menekannya dalam semakin dalam. Sesak mendera dada, suaraku tercekat, tertahan menahan isak yang membisu. Aku tak bisa protes! 

Bukan hanya itu, Ma. Berkali-kali dengan perlakuan yang berbeda-beda kuterima. Setiap aku bertanya, "Ma, apa salahku?"

Kau hanya menjawab, "Salahmu karena dilahirkan!"

Aku tahu, Ma. Aku hanya anak hasil korban pemerkosaan yang terpaksa kaukandung, dan kau lahirkan. Tapi, aku juga ingin merasakan kasih sayangmu. Ma, apakah ini semua salahku? Bukankah ini salah 'Papa'? 

Ma, bagaimana membuatmu bisa menerimaku?

Apakah aku harus memaksa Mama tersenyum? Bagaimana caranya?

***

Mama semakin cantik dengan wajah yang tersenyum seraya menatapku. Tapi, itulah ... wajahmu semakin lama semakin memudar di dalam mimpiku karena semakin hari tubuh serta wajahmu membusuk, aku jadi lupa seperti apa wajahmu sebelumnya. Belatung-belatung, serta hewan-hewan kecil lainnya menggerogotimu. Tapi tak apa setidaknya aku bisa memeluk Mama, kan? Mama senang? Aku juga sudah mengurangi penderitaan Mama yang selalu muak melihatku karena aku telah melepas kedua bola mata Mama dan meletakkannya di dalam sebuah toples. 

Ma, aku akan merawat Mama. Mama pasti menikmati kopi terakhir yang kubuat dengan campuran air keras waktu itu. Ma, aku akan memandikan Mama sekarang agar sedikit bersih, supaya nanti malam setidaknya wajah Mama bisa sedikit kembali terlihat di mimpiku.

I love you, Ma ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar