Kamis, 02 Juni 2016

AMONG THE GRAVES





Hari ini aku pulang kerja sedikit larut malam saat tiba-tiba saja hujan gerimis menyambutku saat aku baru keluar dari kantorku.

Untung saja kontrakan tempatku tinggal berada dekat dari sini sehingga aku tak perlu repot menanti angkutan umum yang mungkin tak beroperasi lagi pada jam

selarut ini.

Kuputuskan untuk mengambil jalan pintas melewati sebuah pemakaman umum agar aku cepat sampai di kontrakanku, kuatir kalau saja hujan bertambah deras walaupun aku agak sedikit takut namun aku tak punya pilihan lain.

Memasuki area pemakaman, suasana sunyi mencekam serta bau bunga kamboja menyambutku, menciptakan suasana yang mampu menegakkan bulu kudukku ini walaupun sebuah lampu penerangan yang terletak pada tiang listrik di pinggir pemakaman menerangi sebagian tempat ini.

Apalagi aku juga teringat kalau kemarin ada 6 orang meninggal di kompleks perumahan dekat kontrakanku yang akan dimakamkan besok, bagaimana kalau arwah mereka penasaran..., ah lupakan, aku harus segera pulang.

Aku yang tak ingin berada lama-lama di daerah ini segera mempercepat langkah kakiku, berharap bisa segera meninggalkan tempat yang menakutkan ini.

Saat sedang berjalan menghindari batu-batu nisan, tiba-tiba saja pandanganku tertuju pada sosok hitam yang duduk diatas sebuah makam tua.

Jantungku makin berdetak cepat saat sosokberjubah hitam yang memegang tongkat dengan besi melengkung diujungnya itu nampak menyadari kehadiranku disana,"Hai, mengapa kau tampak terburu-buru?," sebuah suara serak yang keluar dari kerongkongannya membuatku makin merinding, "A-aku hanya ingin s-segera pulang," jawabku tergagap saking ketakutannya, "Mengapa kau terburu-buru, aku selalu sendirian disini mengapa kau tak menemaniku saja," dia lalu tertawa dengan suara seraknya, makin membuatku dicekam rasa ketakutan, "S-siapa kau sebenarnya?," tanyaku dengan masih tergagap, "Siapa aku? Aku selalu berurusan dengan kematian, kematian adalah tempatku bersandar dan kematian pulalah yang memacuku untuk tetap bertahan hidup," sosok itu kembali tertawa dengan suara seraknya yang membuatku langsung terjatuh lemas ke tanah, "Ja-jadi kau disini untuk mengambil nyawaku?? Baiklah la-lakukan saja," aku hanya bisa pasrah dengan nasib saat ini, kalau dia memang akan mengambil nyawaku, yah lakukan saja karena aku tahu aku kemarin telah melakukan sebuah dosa besar.

Sosok itu lalu berdiri dan berjalan mendekatiku, dia tiba-tiba menarik tanganku, memaksaku berdiri tegak, "Mengapa kau tak segera mengambil nyawaku?," tanyaku keheranan bercampur dengan rasa takut yang masih menggelayutiku sejak tadi.

Sosok itu nampak memandangiku walaupun aku tak dapat melihat wajahnya yang tersembunyi di balik bayangan kerudung hitam yang menutupi kepalanya, "Kurasa belum saatnya kau mati nak, lagipula aku bukan malaikat maut seperti yang kau kira, aku hanyalah seorang penggali kubur yang sedang mengejar setoran, jadi aku terpaksa menggali malam-malam, maaf kalau suaraku serak nak, aku sedang pilek," jawab sosok itu seraya membuka kerudung jubah yang ternyata adalah jas hujan yang dari tadi menutup kepalanya, nampak wajah seorang pria paruh baya sedang tersenyum menatapku.

Sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakan, aku hanya menggerutu dalam hati, bagaimana mungkin aku bisa lupa kalau kemarin pemilik kontrakan yang selalu saja menagih biaya kontrakanku mati dibunuh beserta 5 anggota keluarganya yang lain dan akulah yang melakukannya, jadi wajar saja orang tua itu sampai bekerja malam-malam begini karena besok pagi mereka akan dimakamkan.

Huh, ketakutanku malah membuatku malu begini, hampir saja aku mengakui semua perbuatanku tadi.

Ketika aku mencoba menghindari sebuah kubangan air, tiba-tiba aku hampir saja menyenggol seseorang.

Saat aku mau meminta maaf kepadanya, aku mendadak mengenalinya, dia pria penggali kubur yang tadi kujumpai di pemakaman, tapi mengapa dia bisa berada begitu cepat disini.

Aku yang merasa keheranan segera bertanya kepadanya,"Oh hai pak, mengapa anda bisa begitu cepat berada disini, bukankah anda tadi masih berada di pemakaman?," tanyaku padanya.

Pria itu memandangiku dengan ekspresi wajah tanda tak mengerti sambil balik bertanya padaku,"Maaf nak, apa maksudmu?, aku malah baru saja mau menyelesaikan pekerjaanku disana, ada 2 lubang yang belum kugali".

Aku yang mulai kembali merasakan rasa takut setelah merasa tenang sebelumnya kembali bertanya padanya, "Maaf pak, anda bercanda kan?, kita baru saja bertemu di pemakaman dan anda membuatku ketakutan tadi." Pria itu hanya menggaruk-garuk kepalanya dan berkata, "Apa aku terlihat bercanda nak?, aku benar-benar baru saja dari rumah dan aku tak memiliki rekan sesama penggali kubur yang bekerja pada jam-jam ini jadi maaf nak, aku tak berbohong kepadamu dan satu lagi, ini malam jumat kliwon nak, jadi lebih baik kau tak usah pergi kemana-mana malam ini apalagi ke pemakaman, disana cukup angker, banyak penampakan tapi aku cukup kuat menghadapinya tapi entah dengan dirimu, jadi permisi nak, aku mau pergi dulu, selamat malam," lalu pria itu pergi meninggalkan diriku yang masih berdiri dengan wajah bingung sendirian.

End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar