Kamis, 02 Juni 2016
SACRIFICE
Hari itu pak Asyam memperkenalkan seorang murid baru di kelas Elaine, seorang anak laki-laki yang bernama Gemka.
Entah apa yang ada dipikiran Elaine yang membuatnya selalu tersenyum saat menatap Gemka.
Elaine tampak senang setelah mengetahui bahwa Gemka menjadi teman sebangkunya yang baru.
Saat jam istirahat, Elaine mulai berkenalan dan membuka perbincangan ringan dengan Gemka, "Jadi, kenapa orang tuamu memilih pindah ke kota ini?" Elaine berusaha membuka percakapan diantara mereka, "Oh, mereka berkata akan melebarkan bisnisnya di kota ini," jawab Gemka.
Elaine yang masih merasa penasaran kembali bertanya, "Oh ya? Bisnis apa itu?" Gemka sejenak terdiam lalu menjawab, "Orang tuaku adalah pedagang kambing yang sukses, mungkin itu sebabnya aku mendapat julukan Si Kambing dulu di sekolah lamaku," jawabnya sambil tertawa.
Elaine pun juga ikut tertawa, setidaknya dia kini tak merasa kesepian lagi sejak kepergian Ina, sahabat karib yang juga teman sebangkunya yang meninggal akibat tertabrak truk beberapa bulan yang lalu.
Hari demi hari berlalu dan mereka berdua makin akrab sampai pada akhirnya pada suatu hari, Gemka menyatakan perasaan cintanya pada Elaine.
Elaine sempat salah tingkah karena tak menduga akan hal itu sebelumnya, akan tetapi dia mulai bisa mengendalikan dirinya dan bertanya pada Gemka, "Kau serius? Kau tahu kan cinta itu membutuhkan sesuatu yang mereka sebut dengan pengorbanan, jadi apakah kau bersedia berkorban untukku suatu saat nanti?" tanya Elaine dengan nada serius.
Dengan tegas Gemka pun menjawab, "Tanpa kau minta sekalipun aku akan rela berkorban untukmu, dan apa kau pun akan melakukan hal yang sama padaku?" Gemka balik bertanya pada Elaine.
Gadis itu hanya tersenyum seraya mengangguk lalu berjalan mendekati Gemka.
Tiba-tiba saja Elaine mengeluarkan sebuah saputangan dan langsung membekap mulut Gemka yang beberapa detik kemudian langsung ambruk ke tanah, "Huh, akhirnya obat bius yang dulu kubeli berguna," gumam Elaine sambil kemudian menyeret Gemka yang tak sadarkan diri menujuke suatu tempat.
Beberapa jam kemudian Gemka pun tersadar dan mendapati dirinya kini ada di suatu tempat luas yang hanya diterangi oleh beberapa batang lilin.
Dia baru menyadari kalau kedua tangan dan kakinya kini masing-masing terikat erat di lantai bergambar pentagram yang digambar dengan darah.
Mendadak pintu terbuka dan Elaine masuk, "Hai, bagaimana keadaanmu sekarang? Tentu kau bahagia bukan karena telah bersedia berkorban untukku?" tanya Elaine sambil tersenyum,"Hei, apa maksudmu?! Bukan ini yang aku inginkan!" jawab Gemka sambil berteriak, "Maaf Gemka, pengorbanan tetaplah pengorbanan dan kau telah berjanji padaku," Elaine lalu berjongkok di dekat Gemka sambil membelai wajahnya, "Kau tahu, aku telah rela melakukan apapun demi mengembalikan Ina, sahabatku yang telah tiada, bahkan aku dulu telah melakukan upacara ritual untuk menjual jiwaku pada iblis demi menghidupkan dia kembali, namun semuanya gagal dan itu membuatku sedih dan sekarang aku ingin mencobanya sekali lagi, kalau kau memang sungguh-sungguh mencintaiku, kau takkan mau melihatku sedih bukan?" tanya Elaine sambil mengambil sebuah pisau belati panjang dari balik bajunya.
Gemka semakin takut dan berteriak, "Kau gila! Lepaskan aku! Hei kau dengar!" namun Elaine tak menghiraukan teriakannya dan bersiap menghunjamkan belati itu tepat di jantungnya, "Terimalah persembahanku wahai Iblis Yang Agung," seru Elaine dan belati itu langsung menembus jantung Gemka.
.
Beberapa jam kemudian Elaine nampak gelisah, di dekatnya tergeletak Gemka yang kini sudah tak bernyawa lagi dengan sebuah belati tertancap di dada kirinya,"Apakah ritualku kali ini berhasil? Kuharap iya karena aku telah bersusah payah melakukan ini semua," gumam Elaine pada dirinya sendiri.
Gadis itu lalu beranjak pergi untuk memeriksa makam sahabatnya untuk memastikan apakah ritualnya berhasil atau tidak.
Saat dia hendak membuka pintu, tiba-tiba terdengar sebuah suara berat di belakangnya, "Mau pergi kemana kau, Elaine?" Elaine perlahan membalikkan badannya dan kini dilihatnya Gemka sudah berdiri beberapa meter darinya, "G-Gemka... bagaimana mungkin...?" Elaine tergagap karena ketakutan sekaligus tak percayadengan apa yang dilihatnya.
Gemka hanya menyeringai sambil mencabut belati yang tertancap di dadanya dan matanya kini memancarkan cahaya merah,"Hahaha... Kau kira pisau sialan ini dapat membunuhku dengan mudah? Tetapi ritual yang kau lakukan kali ini lumayan juga, aku menyukainya," Gemka melangkah maju mendekati Elaine dan gadis itu melihat ada dua buah tanduk mencuat keluar dari dahinya,"S-siapa kau sebenarnya? Apa yang kau inginkan?" Gadis itu mulai merasakan jantungnya berdetak makin cepat,"Kau gadis cantik yang pelupa, mari kusegarkan kembali ingatanmu,"Gemka meletakkan sebelah tangannya di dahi Elaine dan gadis itu langsung melihat kilasan kejadian beberapa bulan yang lalu saat dia nekat menjual jiwanya pada iblis di sebuah ritual pemujaan setan yang dilakukannya sendiri di sebuah gudang kosong, "Nah saatnya telah tiba untukmu Elaine, aku datang untuk mengambil apa yang kau janjikan padaku," wujud Gemka kini telah berubah menjadi makhluk tinggi besar bertanduk dan bertaring mengerikan, "Gemka tunggu! Apa kau tega menyakiti orang yang kau cintai, kumohon jangan lakukan itu!" Elaine berteriak pada makhluk yang kini mencengkeram erat lehernya,"Gemka? Apa kau tak menyadarinya kalau Gemka itu tidak ada, yang ada hanyalah aku yang mengambil wujud remaja laki-laki, aku melakukannya hanya untuk menguji seberapa pantas jiwamu untuk kuambil, dan ternyata kau cukup pantas," makhluk itu lalu tertawa keras bersamaan dengan petir yang menggelegar.
Dia lalu mengangkat Elaine yang kini meronta dan tiba-tiba saja tanah dibawahnya runtuh dan membentuk sebuah lubang dengan api yang menyala-nyala di dalamnya, "Maaf Elaine, aku bukanlah peri yang mampu membangkitkan orang mati seperti temanmu itu, namun tampaknya kini kau bisa bertemu dengannya lagi dibawah sana," dia kembali tertawa dan langsung melempar tubuh Elaine ke dalam lubang itu.
Elaine menjerit keras namun jeritannya itu tak terdengar lagi karena tertutup oleh milyaran suara jeritan lain yang berasal dari bawah sana.
End.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar