Kamis, 16 Juni 2016

Smile






Sepupuku baru baru ini pindah ke rumahku di Amerika dari Secunderabad, India. Saat di perjalanan menjelajahi Amerika, kita berfoto – foto dan bertukar cerita cerita hantu dan tertawa akan kemiripan dan perbedaan antara cerita hantu Amerika dan cerita hantu India. Saat aku menanyakannya apakah dia pernah mengalami apapun yang berhubungan dengan hal hal gaib, matanya terbelalak dan memalingkan matanya ke jendela. Dan saat keheningan begitu terasa bagiku,
dia menjawabnya dengan pelan “Ya, beberapa. Salah satunya sangat menakutkan.”
“Saat aku sedang menjalani tahun kedua kuliahku, aku tinggal di asrama perempuan. Aku mendapatkan banyak teman disana. Kami semua sangat senang untuk bersekolah jauh dari orang tua kami yang tua. Berada di asrama itu sangat menyenangkan, tetapi itu adalah gedung yang sangat sangat tua. Listrik hanya dipasang di kamar kamar.
Terkadang, lilin lilin ditaruh di sepanjang jendela jika penjaga hadir, tetapi biasanya saat kamu meninggalkan kamar, kamu akan berhadapan dengan lorong yang gelap gulita. Sudah lazim membangunkan seseorang jika kamu ingin berjalan ke wc yang berada di ujung lorong. Kami semua mempunyai ketakutan kekanak-kanakan akan berada sendirian di kegelapan.
Suatu malam, aku harus menggunakan wc.

Pada saat itu sekitar jam 4 dini hari.
Aku beranjak ke ranjang temanku dan menepuk pundaknya. Dia langsung membuka matanya tepat setelah aku menyentuhnya. Aku meminta maaf karena telah menggangunya, dan memberitahu nya bahwa aku ingin buang air kecil. Dia tersenyum padaku dan lompat dari ranjangnya. Di sepanjang jalan menyusuri lorong, dia tertawa dan menari. Aku tidak bisa melihatnya sama sekali, gelangnya menggerincing bersamaan dengan kencang dan bel di gelangnya berdenting dengan pelan. Itu sangat menenangkan rasa takutku. Aku tertawa dan menggoyangkan pinggulku di sepanjang lorong bersamanya, sangat lelah untuk meniru gerakan lengan yang rumit. Dia tidak berbicara apapun padaku, dan kadangkala aku mendengar dia mendengungkan satu dari lagu Bollywood kesukaanku. Kejadian yang sama terjadi lagi saat di sepanjang jalan kembali ke kamar.

Aku bangun telat di pagi harinya karena suara beberapa pria yang berada di ruangan kami. Mereka mengerubungi ranjang temanku. Aku loncat dari tempat tidurku, bersiap untuk melindungi temanku, saat aku menyadari mereka adalah para pengurus asrama kampus. Aku mengintip lebih dekat. Mata temanku yang sudah tidak bernyawa terfokus ke tempat tidurku; senyum yang sama di wajahnya. Bunuh diri.
Waktu kematian dia adalah pada jam 11.30 pm, hampir 5 jam sebelum ku bangunkan dia.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar