Kamis, 02 Juni 2016
Sosok Misterius
Aku dan temanku sedang pergi ke sebuah pesta yang berada di luar kota, jadi kami memutuskan untuk menginap di rumah cadangan keluarganya yang berjarak kira kira sejam dari lokasi pesta (dan tiga jam dari rumahku). Kami sampai pada waktu sore hari, dan tempo itu tengah ada musim dingin di kota itu, jadi tempat itu benar benar kosong--sejauh mata memandang tak ada mobil di jalan.
Saat kami akan berangkat pergi ke pesta aku sempat terpikir untuk mengunci semua pintu dan pagar kami. Aku selalu bermasalah saat mencoba membuka kunci gerbang, dan kalau kami akan pulang tengah malam aku tak mau terkunci diluar. Tapi aku akhirnya tetap menguncinya untuk alasan keamanan.
Pestanya berlangsung sangat menakjubkan, kami kembali ke rumah sekitar pukul 12:30 tengah malam yang sepi dan hening sekali, dan aku sangat terkejut saat melihat gembok pagar telah terlepas dan gerbang telah terbuka. Aku merasa tengkukku lemas mendadak, bukan hanya karena aku ingat be
tul aku sudah menguncinya, namun karena gerbang rumah tidak mungkin terbuka hanya karena angin belaka. Tapi aku tak mau untuk membesar besarkan urusan jadi aku hanya terdiam saja ketika temanku bertanya, "Apa kau lupa mengunci gerbang?"
Kami masuk ke dalam, dan memutuskan untuk membuat makanan riangan. Aku ketika itu tengah terdiam dalam rumah, dan tiba tiba temanku berlari kilat dari arah dapur ke lorong gelap dan dengan cepat mendorongku sampai terlentang ke lantai; teman perempuanku yakin ia mendengar langkah kaki seseorang yang berjalan di luar. Awalnya aku hanya yakin seseorang itu mungkin kebetulan lewat, tapi kemudian saat aku bertatap dengan muka temanku di dalam kegelapan, ada semacam suara besi yang tertendang dari arah kamar yang kira kira berjarak 5 meter dari kami.
Orang itu, atau sesuatu itu, atau apalah.
Seharusnya dia takkan tahu tempat kami bersembunyi.
Kami mencoba untuk menenangkan diri, tapi kami tidak punya sambungan telepon dan tak ada orang lain di sana. Kira kira setengah jam yang sedetiknya terasa seperti satu abad, saat kami bersembunyi di lorong gelap, lumpuh oleh ketakutan, kami makin sering mendengar suara langkah kaki yang tak jelas asalnya seakan muncul dari segala tempat. Seolah seolah sesuatu itu berpindah pindah saat melangkah. Dan kami juga mulai mendengar pintu belakang berderit berkali kali.
Kami memutuskan kami harus pergi, jadi kami mengumpulkan segalanya dengan cepat dan bersiap untuk pergi lagi dengan mobil. Saat kami berhasil mengendap ngendap dan berhasil membuka pintu depan untuk keluar, ada suara ledakan besar yang terdengar dari halaman belakang, dan kemudian terdengar sesuatu seperti ratusan burung yang menjerit jerit.
Pikiranku dipenuhi bayangan akan film film horror yang pernah kutonton selama hidupku, tapi tak ada satupun yang bisa menyamai ketakutan yang sekarang kurasakan ketika berhadapan dengan sesuatu yang tak kami ketahui. Kami berlari sekencang mungkin ke arah mobil dan alih alih menutup pintu mobil, aku justru membantingnya dengan keras sekali.
Saat kami sudah bersiap untuk keluar dari area rumah, aku menangkap siluet kehitaman seseorang yang sangat, sangat tinggi, lewat jendela belakang. Aku bersumpah aku memperhatikannya dan mukanya tak punya apapun kecuali mulut. bayangannya hitam pekat, seperti menyatu dengan malam. Hanya saja ia tersenyum dengan cara yang aneh, cara yang membuat siapapun merinding atau lari ketakutan. Dan senyumannya, entahlah, terlalu lebar dan terlalu mengerikan untuk seorang manusia. Hampir setengah dari wajahnya. Apa ia tahu aku melihatnya? Apa dia sengaja membuat wajah itu untuk kami? Apa yang ia inginkan sebenarnya?
Kami mengebut untuk sampai ke rumah, dan bahkan saat kami tiba di rumah asliku, kami tidak memejamkan mata sekejap pun malam itu. Hingga hari ini, aku tak tahu, makhluk macam apa yang telah meneror kami malam itu. Namun bayang bayangnya, senyuman perpisahan itu, tak pernah kulupakan sedetikpun. Beruntung temanku tidak melihat rupanya, sehingga ia tak perlu tertekan oleh kengerian makhluk mengerikan itu. Aku berharap aku tak pernah menengok ke belakang mobil saat itu.
Karena setiap aku tidur dalam kegelapan, aku selalu melihat bayang bayangnya di jendela di samping kasurku.
Dan senyuman khasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar