Kamis, 02 Juni 2016
Haunt
Meghan selalu ingin hidup seorang diri, ia lebih menyukai kesendirian.
Dia telah mencoba untuk memiliki teman sekamar pada waktu tahun pertama kuliah, tapi gadis sekamarnya memiliki gangguan kejiwaan, yang mengakibatkan Meghan terjebak bersamanya selama dua bulan lamanya. Sejak saat itu, dia tidak ingin dekat-dekat lagi dengan teman
ataupun pacar, bahkan tidak ingin untuk hidup bersama dengan mereka.
Apartemen dengan biaya terjangkau untuk satu orang sangat sulit ditemukan, jadi dia memutuskan untuk mencari apartemen yang murah tanpa memandang latar belakang tempat tersebut.
Minggu keduanya di apartemen, ia terbangun di malam hari karena suara di dapur. Ia pun segera mencari tahu asal suara tersebut, sambil membawa senter dan menggenggamnya seperti tongkat baseball, ia mengintip.
Seorang pria menakutkan sedang berdiri membungkuk, wajahnya diterangi oleh pintu kulkas yang sedang terbuka, ia meminum jus jeruk langsung dari wadahnya.
Meghan begitu terkejut sampai dia lupa untuk memukulnya.Pemuda itu meneguk minumannya dan menaruhnya kembali ke dalam kulkas.
"Hey." kata pria itu.
"Aa..aku, aku baru akan meminumnya besok." Gumamnya.
"Yah, masih ada beberapa di sebelah sini." kata pria itu.
Meghan segera melempar senternya ke pria itu. Tapi senter itu menembus begitu saja melewati tubuhnya. Dia, mungkin, hantu dari penghuni sebelumnya di sini.
Dia tersenyum dan berkata, "Pernahkah kau berpikir, mengapa biaya sewa di sini sangat murah?" Meghan pergi ke ruang tamu dan duduk di sofa. Hantu itu mengikutinya, membawa sekotak biskuit favoritnya.
Meghan menghela napas dan mengerang, "Aku hanya ingin tempat yang bagus untuk menjalani hidup. Tempat untukku tinggal sendiri." "Ah, itu bukan sikap yang bagus, Meghan. Buatlah situasi menjadi lebih baik, yah kau tahu, membuat limun misalnya."
"Jangan sebut namaku. Aku hanya ingin sendiri. Aku tidak suka berada di sekitar orang-orang. "
"Nah, kau beruntung, aku hantu."
Meghan menendang ke arah kakinya. Yah kau tahu, kakinya menembus dan yang ia rasakan hanya sensasi dinginnya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa mati?" Dia tertawa, lalu mengangkat dagu untuk menunjukkan memar di sekitar lehernya.
"Di apartemen ini?"
"Di dalam lemari kamarmu."
"Ah."
Mereka duduk dalam diam, diselingi oleh suara hantu yang sedang menikmati biskuitnya.
"Bagaimana rasanya?"
"Sakit. Itu sangat sakit. "
Meghan terdiam beberapa detik, kemudian perlahan-lahan berkata,
"Aku sudah berpikir tentang hal itu, yang akan kulakukan."
"Hm?"
"Aku tidak pernah merasa dekat dengan siapapun. Bahkan, aku benci dengan kebanyakan orang. Interaksi sosial merupakan gangguan sehari-hariku, dan setiap hubungan yang aku punya, cinta platonis atau sebaliknya, sangat menyiksa untuk kutahan. Jika aku mati, jika aku menjadi hantu, setidaknya aku bisa mendapatkan kedamaian dan ketenangan."
Hantu itu terdiam untuk saat yang lama, menatap biskuitnya. Dan ketika ia mulai berbicara, suaranya terdengar lebih berat, lebih suram, dan untuk pertama kalinya, Meghan jadi merasa takut."Aku lebih merekomendasikan kau untuk hidup sendiri, menikmati kesendirianmu selagi bisa."
"Oh benarkah?" Tanyanya dengan lantang, berusaha menyembunyikan getaran dalam suaranya.
"Percayalah," katanya, "Ini lebih ramai daripada yang kau pikir."
End.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar